Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Adapun bentuk upaya dalam meningkatkan proses prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh. Setiap kegiatan mempunyai tujuan tertentu karena berhasil tidaknya suatu kegiatan diukur sejauh mana kegiatan tersebut mencapai tujuannya.
2. Metode dan Alat
Dalam proses belajar mengajar, metode merupakan komponen yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya program pengajaran dan tujuan pendidikan. Adapun pengertian metode adalah suatu cara yang dilakukan dengan fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.
3. Bahan atau Materi
Dalam pemilihan materi atau bahan pengajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan kemampuan siswa yang selalu berpedoman pada tujuan yang ditetapkan. Karena dengan kegiatan belajar mengajar akan merumuskan suatu tujuan, setelah tujuan dapat diketahui baru kemudian menetapkan materi. Setelah materi ditetapkan maka guru dapat menentukan metode yang akan dipakai dalam menyampaikan materi tersebut.
4. Evaluasi
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode, alat dan bahan atau materi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan bisa tercapai semaksimal mungkin.
Adapun dalam penggunaan metode resitasi ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pengajar, antara lain:
a. Fase Memberikan Tugas.
Yaitu guru memberikan tugas pada siswa baik itu secara perseorangan atau kelompok. Dan hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan yang diinginkan, hendaknya tugas yang diberikan pada siswa memperhatikan:
1. Tujuan yang akan dicapai.
2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut
3. Sesuai dengan kemampuan siswa.
4. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
5. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b. Langkah pelaksanaan.
1. Diberikan bimbingan atau pengawasan.
2. Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
3. Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh.
c. Fase Mempertanggung Jawabkan Tugas
Hal yang harus dikerjakan siswa pada fase ini, antara lain:
1. Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
2. Ada tanya jawab atau diskusi kelompok.
3. Meneliti hasil pekerjaan siswa baik secara tes maupun non tes.
Dengan fase mempertanggunag jawabkan inilah yang disebut dengan resitasi. (Drs. Syaiful Bahri D: 2002).
Sedangkan menurut Zakiah Darajat: 2001, pemberian tugas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Siswa diberi tugas mempelajari bagian dari suatu buku atau teks, baik secara kelompok atau individu, diberi waktu tertentu untuk mengerjakanya, kemudian murid yang bersangkutan mempertanggung jawabkanya.
2. Siswa diberi tugas untuk melaksanakan sesuatu yang tujuannya melatih mereka dalam hal yang bersifat kecakapan mental dan motorik.
3. Siswa diberi tugas untuk mengatasi masalah tertentu dengan cara mencoba untuk memecahkannya, dengan tujuan agar siswa biasa berfikir ilmiah dalam memecahkan suatu masalah.
4. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan suatu proyek, dengan tujuan agar siswa terbiasa untuk bertanggung jawab terhadap penyelesaian suatu masalah yang telah disediakan dan bagaimana mengelola selanjutnya.
Dalam pemberian metode tugas atau resitasi ini supaya bisa sesuai dengan yang diinginkan maka ada beberapa syarat yang harus diketahui oleh pendidik dan siswa yang diberi tugas, yaitu:
1. Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga murid disamping sanggup mengerjakan juga sanggup menghubungkan dengan pelajaran-pelajaran tertentu.
2. Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada siswa akan dapat dilaksanakannya karena sesuai dengan kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya.
3. Guru harus mananamkan keadaan murid bahwa tugas yang diberikan pada siswa akan dikerjakan atas kesadaran sendiri yang timbul dari hati sanubarinya.
4. Jenis tugas yang diberikan harus dimengerti benar-benar sehingga murid tidak ada keraguan dalam melaksanakanya.

Daftar Rujukan:
1. Arief, Armai. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, 2002. Jakarta: Ciputat Pres
2. Barnadib, Imam. Filsafat pendidikan, System dan Metode, 1987. Yogyakarta: Yayasan Penerbit IKIP
3. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, 1986. 1986. Yogyakarta: Andi Offset
4. Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar: Penerapan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, 1996. Surabaya: CV. Citra Media
5. Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, 2000. Bandung: Sinar Baru Algesindo
6. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, 2001. Bandung: Remaja Rosda Karya
7. Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam, 1990. Jakarta: Kalam Mulia

Tinggalkan komentar