Arsip

Evaluasi Pendidikan

Tes formatif yang dimaksud di sini adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu (Arikunto, 2002:36). Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran.
Teknik pre-test dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu sendiri.
a. Manfaat Bagi Guru
1) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa
2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa
3) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan

b. Manfaat Bagi Siswa
1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang menyeluruh
2) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa
3) Usaha perbaikan
4) Sebagai diagnosis

c. Manfaat Bagi Program
1) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan keakapan anak
2) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
3) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai
4) Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

Daftar Pustaka Klik DI SINI 

1. Pengertian Evaluasi Belajar
Menurut Sudjana (1990:31) evaluasi adalah “proses pemberian atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Sedangkan menurut Rusli (1990:22) bahwa yang dimaksud evaluasi adalah “suatu proses sistematik untuk menentukan sampai berapa jauh tujuan intruksional dapat dicapai oleh siswa”.
Dari uraian di atas maka evaluasi mengandung dua aspek yang penting yaitu:
a. Dalam evaluasi terdapat suatu proses sistematik untuk mengukur apakah siswa dapat mendiagnosa, menyeleksi dan menyelesaikan suatu pekerjaan.
b. Evaluasi digunakan untuk mengukur, menilai pencapaian tujuan dan keberhasilan dari kerja atau usaha guru.
Berdasarkan pengertian di atas maka pengertian evaluasi dan penilaian adalah istilah-istilah yang lebih luas artinya dari pada pengukuran. Evaluasi mencakup deskripsi kelakuan (behavior) siswa secara kualitatif maupun kuantitatif dan terhadap penilaian kelakuan tersebut. Sedangkan ukuran hanya terbatas pada aspek penilaian yang bersifat tetap dan kuantitatif.

2. Teknik Evaluasi Belajar
Teknik evaluasi adalah cara yang dilakukan dalam mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan yang dimaksud evaluasi hasil belajar ekonomi adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengevaluasi proses hasil belajar mengajar studi ekonomi.
Menurut Bukhori dalam (Arikunto, 2002:32) “tes adalah suatu percobaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid”.
Menurut Arikunto (2002:31) terdapat dua lat evaluasi yakni teknik tes dan non tes. Teknik tes menurut Indrakusuma dalam (Arikunto, 2002:32) adalah “suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang di inginkan seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat”.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas tiga macam tes, yakni tes formatif, dan tes sumatif (Arikunto, 2002:33). Tes yang baik harus memiliki veliditas, reabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis.
Sedangkan teknik evaluasi selanjutnya adalah teknik non tes, menurut Arikunto (2002:26) “teknik non tes meliputi skala bertingkat, kuisioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup”.
Dari pengertian di atas yang dimaksud tes adalah cara penilaian yang komprehensif seseorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program atau tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat lain tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Daftar Pustaka Klik DI SINI 

Mohon maaf atas ketidaknyamanan rekan-rekan kesulitan mengunduh ,Pada postingan kali ini, saya postingkan kembali soal-soal Ujian Sekolah untuk program IPA yang terdiri dari 2 Paket, yakni Paket 01 dan 02 yang telah saya revisi linknya, soal ini hanya sebagai acuan saja, rekan-rekan guru dipersilahkan untuk mengedit sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing,

Silakan Unduh link berikut :

Soal Usek IPA Paket 02

Soal Usek IPA Paket 01

Pada tanggal 27 Januari 2011 telah dilaksanakan pertemuan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Karawang, bertempat di SMAN 1 Rengasdengklok Karawang. Pertemuan kali ini difokuskan pada penyusunan Kisi-Kisi untuk Ujian Sekolah mata pelajaran sejarah. Berikut hasil dari kerja Tim MGMP Karawang tersebut, untuk penyusunan soal disesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing sekolah.

Silakan download kisi-kisi tersebut pada link berikut ini :



Download Kisi-Kisi Usek Sejarah IPS
KLIK DISINI

sumber

Berikut ini adalah model penilaian hasil belajar KTSP termasuk model penilaian kinerja, model raport dan pengisiannya, model penilaian pembelajaran, model pengembangan dan penilaian TPK. Semua itu contoh yg ada untuk SMP.

Untuk men-download “Model Penilaian Hasil Helajar KTSP” (file zip berukuran 77 KB)… Silahkan Klik Di Sini. Jika pada link tersebut terjadi masalah karena keterbatasan akses sehingga muncul pesan terntentu dari geocities-yahoo.com coba gunakan Link Alternatif dengan Klik Di Sini.

Untuk SD dan SMA saya belum ada. Tetapi setidaknya kita sudah tahu tipe penilaian yg dikehendaki KTSP.

Rekan lain yg memiliki model penilaian hasil belajar KTSP SD dan SMA harap menginformasikannya kepada rekan lain. Atau kalo tidak bisa saja di upload di geocities.com, lumayan ada quota 15 MB, untuk membantu rekan lain yg memerlukan.

sumber

Banyak model evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli. Tayibnapis (2000) mengelompokkan model-model evaluasi program menjadi tiga kelompok yaitu model evaluasi kuantitaif, model evaluasi kualitatif, dan model gabungan. Model evaluasi kuantitatif terdiri dari model Tyler, model Horfil Tyler dan Maquire, model pendekatan sistem Alkin, model evaluasi Scriven’s Formative-Sumative Model; CIPP Model (Sufflebeam); CSE-UCLA Model; Stake’s Countenance Stake Model; Sciven’s Goal Free Model; Stake’s Responsive Model”.
Kaufman & Thomas (Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin, 2004) membedakan model evaluasi menjadi 7 yaitu: (1) model goal oriented evaluation (Tyler); (2) model goal free evaluation (Scriven); (3) model formative-summative evaluation (Scriven); (4) model countenance evaluation model (Stake); (5) CSE-UCLA evaluation model; (6) CIPP evaluation model (Stufflebeam); dan (7) discrepancy model (Provus).
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengatakan bahwa, pemilihan model evaluasi yang akan digunakan tergantung pada: (1) tujuan dan pertanyaan penelitian; (2) metode pengumpulan data; dan (3) hubungan antara evaluator dengan administrator, melihat evaluasi, individu-individu dalam program dan organisasi yang akan dievaluasi.
Sesuai dengan tujuan evaluasi dalam mengevaluasi peran Kepala Sekolah dalam peningkatan kinerja guru SD Kabupaten Keerom Provinsi Papua adalah model pendekatan evaluasi yang berfokus kepada keputusan (the decision focused approach).
Pendekatan evaluasi yang berfokus kepada keputusan, menekankan pada peranan informasi yang sistemik untuk pengelolaan program dalam menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program. Pendekatan data dan laporan dibuat untuk menambah efektivitas pengelola program. Selanjutnya karena program sering berubah selama beroperasi dari awal sampai akhir, kebutuhan pemegang keputusan juga berubah dan evaluasi harus disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Pada tingkat perencanaan, pembuat program memerlukan informasi tentang masalah dan kapasitas organisasi. Selama dalam tingkat implementasi administrator memerlukan informasi tentang proses yang sedang berjalan. Bila program sudah selesai, keputusan-keputusan penting akan dibuat berdasarkan hasil yang dicapai. Sebagai akibatnya, evaluator harus mengetahui dan mengerti perkembangan program dan harus siap menyediakan bermacam-macam waktu. Idealnya program dan sistem evaluasi dikembangkan bersama, tapi hal ini tidak selalu dapat terjadi. Malahan sering evaluator diminta mengevaluasi setelah program belajar.
Biasanya evaluator bekerja mundur, dari berbagai butir keputusan untuk mendesain kegiatan pengumpulan data yang memberikan data yang relevan untuk mengurangi keragu-raguan. Evaluator memerlukan 2 macam informasi dari klien. Pertama, ia harus mengetahui butir-butir keputusan penting pada setiap periode selama program berjalan; kedua, ia perlu mengetahui macam informasi yang mungkin akan sangat berpengaruh untuk setiap keputusan. Tentu juga ada keputusan yang dibuat berdasarkan politik dan pertimbangan lain yang tidak berhubungan dengan informasi yang relevan.
Keunggulan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh, yang makin besar pada keputusan program yang relevan. Keterbatasan pendekatan ini yaitu banyak keputusan ptb dibuat tiap pada waktu yang tepat, tapi dibuat pada waktu yang kurang tepat. Seringkali banyak keputusan tidak dibuat berdasarkan data, tapi tergantung pada impresi perorangan politik, perasaan, kebutuhan pribadi, dan lain-lain. Dalam hal ini evaluator mungkin dapat memberi pengaruh positif yang lebih objektif dan rasional. Pengaruh pendekatan ini terhadap pemfokusan evaluasi, seperti yang diperkirakan bahwa proses pemfokusan evaluasi berasal dari pembuat keputusan sendiri. Evaluator perlu mengetahui dan menentukan siapa di antara orang-orang tersebut yang memegang kunci keputusan dan berkonsultasi dengannya.

Ditulis oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
http://kabar-pendidikan.blogspot.com

Evaluasi pendidikan adalah suatu proses pembuatan pertimbangan tentang jasa, nilai, atau manfaat program, hasil dan proses. Evaluasi biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya sesuatu sistem, strategi atau metode. Penelitian evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data secara sistematis guna membantu para pengambil keputusan. Para peneliti evaluasi yakin bahwa hasil kerjanya akan bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam mengambil keputusan yang lebih baik jika dibandingkan dengan apabila tidak ada penelitian yang dilakukan.
Nana Syaodih Sukamadinata (2005) mengemukakan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk menyempurnakan program, kelayakan program, program dilanjutkan atau dihentikan, diubah atau diganti. Sedangkan Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004) menyatakan bahwa ada dua macam tujuan evaluasi yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen.
Agar dapat melakukan tugasnya maka seorang evaluator dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program. Program kerja yang dianggap sebagai perwujudan kinerja dan pengembangan sumber daya pengurus dalam menjalankan perannya. Dengan mengelolanya secara wajar dan berhasil guna akan dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat di daerah. Karena itu, ketika program tersebut tidak memperlihatkan hasil yang maksimal diperlukan evaluasi terhadapnya. Pendapat-pendapat tersebut dapat saja digolongkan ke dalam dua tujuan pokok, yakni sebagai penyempurnaan program yang biasanya disebut formatif dan untuk memutuskan apakah program diteruskan atau dihentikan, yang sering disebut sumatif.
Kegiatan evaluasi program tidak hanya ingin melanjutkan program, tetapi juga menghentikan program, di samping meningkatkan prosedur-prosedur pelaksanaannya, mengalokasikan sumber-sumber kelemahan, tetapi juga menentukan strategi serta teknik-teknik tertentu untuk memperbaiki program di masa yang akan datang.

Kriteria Evaluasi
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria empirik. Kriteria empirik adalah kriteria yang disusun atau yang dikembangkan berdasarkan kondisi lapangan dengan mengacu pada komponen-komponen yang terlibat program sekolah.
Kriteria evaluasi selalu berhubungan dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Dasar pertimbangannya adalah memudahkan evaluator dalam mempertimbangkan nilai atau harga terhadap komponen-komponen program yang dinilainya, apakah telah berhasil sesuai dengan yang ditentukan atau tidak, seperti yang dinyatakan oleh Sudarsono (1994) bahwa kriteria yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan program dan hal yang dinilai dapat berupa dampak atau hasil yang dicapai atau prosesnya itu sendiri.

Ditulis oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
http://kabar-pendidikan.blogspot.com

Tayibnapis (2000) mengemukakan bahwa definisi tentang evaluasi yang ditulis oleh para ahli bervariasi berdasarkan sudut pandang masing-masing. Antara lain Tyler mendefinisikan evaluasi sebagai proses menentukan sejauhmana tujuan pendidikan dicapai. Cronbach, stufflebeam dan Alkin memberi definisi evaluasi sebagai penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan. Maclom dan Provus mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan sesuatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.
Stufflebeam (1985) merumuskan “evaluation is the systematic assesment of the worth or merit of some object”. Definisi evaluasi ini lebih menekankan pada pemahaman evaluasi sebagai penilaian atas manfaat atau guna. Worthen dan Sanders (1973) mengemukakan bahwa: “Evaluation is the determination of the worth of a thing. It includes obtaining information for use in judging the wort of a program, product, procedure, or objective, or the potential utility of alternative approaches designed to attain specified objectives”.
Tyler (Fernandes, 1984:1) mengemukakan bahwa, evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan dapat dicapai. Sementara itu, Kaufman & Thomas (1980) “evaluation is a process of helping to make things better than they are, of improving the situation”, evaluasi adalah suatu proses untuk membantu dan memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Menurut Anas Sudijono (2005) secara umum evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu: (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang penyusunan, dan (3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. Terkait dengan evaluasi, Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004:1-2) menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mempengaruhi informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan.
Sedangkan Djuju Sudjana (2006) mengemukakan bahwa evaluasi program dapat didefinisikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi dalam pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting. Penyelenggaraan pendidikan bukanlah yang sangat sederhana. Dampak pendidikan akan meliputi banyak orang dan menyangkut banyak aspek. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan harus dievaluasi agar dapat dikaji apa kekurangannya, dan kekurangan tersebut dapat dipertimbangkan untuk melaksanakan pendidikan pada waktu yang lain.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi dalam konteks pendidikan adalah serangkaian upaya atau langkah-langkah strategis untuk pengambilan keputusan dinamis dan dipusatkan pada pembakuan-pembakuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi merupakan pembuatan pertimbangan menurut suatu kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.

Ditulis oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
http://kabar-pendidikan.blogspot.com

M Nuh: 99 Persen Siswa SMA Lulus
Minggu, 15 Mei 2011 15:05 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebanyak 99,22 persen peserta Ujian Nasional 2011 tingkat sekolah menengah atas dan madrasah aliyah dinyatakan lulus. Angka ini naik 0,18 persen dibandingkan angka kelulusan tahun lalu.

Kenaikan angka kelulusan ini cukup membanggakan, meskipun masih ada saja siswa yang tidak lulus. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dipaksa lulus. “Kita tidak bisa targetkan semua anak ini lulus. Apa adanya saja,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (13/5).

Jumlah peserta UN keseluruhan 1.461.941 peserta dan yang dinyatakan lulus sebanyak 1.450.498 peserta. Sisanya 11.443 dinyatakan tidak lulus. Bila dilihat antara yang lulus dan yang tidak memang perbandingan sangat jauh dan tidak terlalu banyak. “Namun angka ini masih cukup besar,” katanya.

Dibandingkan dengan data yang ada sebelum UN dimulai, ada 1.476.575 calon peserta UN yang sudah mendaftar. Akan tetapi sebanyak 9.517 siswa tidak memasukkan nilai sekolahnya sehingga angka peserta UN berkurang. Penyebabnya bisa bermacam-macam, kata Nuh, ada yang tidak ikut Ujian Sekolah, dan ada yang memang sudah mengundurkan diri karena menikah atau bekerja.

Angka ini kembali mengkerut ketika ada siswa yang tidak mengikuti UN meskipun ia mengikuti ujian sekolah. Sebanyak 5.117 siswa SMA/MA tidak melaksanakan UN. Dan setelah dilakukan pemindaian bagi siswa yang mengikuti UN, didapatlah hasil 99,22 persen yang dinyatakan lulus.

Ketidaklulusan ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu nilai rata-ratanya dibawah standar yang telah ditentukan, yaitu 5,5 dan nilai rata-ratanya tepat dengan batas standar kelulusan. Ada 5.590 siswa yang tidak lulus karena nilai rata-ratanya kurang dari standar. Sisanya tidak lulus karena nilai rata-ratanya pas 5,5. Setidaknya untuk bisa lulus, nilai rata-rata anak itu harus di atas 5,5.

Berdasarkan presentase yang ada di data milik Kementerian Pendidikan Nasional, siswa yang tidak lulus kebanyakan berasal dari jurusan bahasa, yaitu 1,96 persen. Sedangkan yang terbanyak lulus adalah ilmu pengetahuan alam.

Daerah yang masih mendominasi jumlah ketidaklulusan tertinggi tingkat SMA adalah Nusa Tenggara Timur yaitu 1.813. Untuk jumlah peserta UN yang tidak lulus paling sedikit berdasarkan presentasenya adalah Bali yaitu hanya 10 orang dari 24.250 peserta.

Meskipun angka kelulusan cukup tinggi, namun masih saja ada sekolah yang 100 persen siswanya tidak lulus. Nuh menyebutkan ada 5 sekolah yang semua siswanya tidak lulus. Hal ini sangat disayangkan, kata dia.

Sekolah-sekolah tersebut tersebar merata di seluruh Indonesia, lanjutnya. Nuh tidak mau menyebutkan lokasi persisnya. Ia hanya menyebutkan sekolah tersebut berasal dari Provinsi Jambi, Aceh, Maluku, Papua, dan DKI.

Dari jumlah awal siswa sekolah menengah kejuruan, sebanyak 958.532 siswa mendaftar UN. Namun hanya 942.698 dari siswa yang mengikuti UN. Hasilnya, ada 4.655 siswa yang dinyatakan harus mengulang UN tahun depan.

Jawa Barat menjadi daerah yang siswanya terbanyak yang tidak lulus di tingkat SMK, yaitu 538 siswa. Sedangkan yang paling sedikit adalah Sumatra Selatan, yaitu 5 orang.

Kelulusan, menurut dia merupakan taanggungjawab satuan pendidikan (sekolah). Saat ini nilai masing-masing anak tersebut sedang dalam proses pengiriman. “Jadi biarkan saja sekolah yang mengumumkan kelulusan anak ini nanti,” katanya menambahkan. Pengumuman kelulusan tingkat SMA/MA/SMK akan dilaksanakan pada Senin (16/5) besok.

Redaktur: Djibril Muhammad
Reporter: C02

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/05/15/ll882u-m-nuh-99-persen-siswa-sma-lulus

Tingkat Kelulusan di Kalsel 99,70 Persen

Banjarmasinpost.co.id – Minggu, 15 Mei 2011 | 16:36 Wita

BANJARMASINPOST.CO.ID – Besok adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh siswa SMA/MA/SMK di Indonesia tak terkecuali Provinsi Kalsel. Pasalnya, hasil ujian nasional (UN) yang dilaksanakan mereka beberapa waktu lalu akan diumumkan pada Senin 16 Mei.

Pada pengumuman UN besok itu, ada kabar menggembirakan dari Disdik Provinsi Kalsel. Hasil UN di tingkat SMA, MA dan SMK lebih baik dari hasil try out yang dilaksanakan sebelum UN.

“Untuk hasil UN di Kalsel tingkat SMA, MA dan SMK memuaskan. 99,70 persen siswa Kalsel lulus. Angka ini lebih baik dari tahun lalu,” ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Kalsel, Herman Taufan, Minggu (15/5/2011).

Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/5/15/86069/tingkat-kelulusan-di-kalsel-9970-persen

Kabupaten Kotabaru Lulus Hampir 100 Persen
Disdik Himbau Siswa Tidak Coret Seragam

Banjarmasinpost.co.id – Minggu, 15 Mei 2011 | 17:30 Wita |

BANJARMASINPOST.CO.ID. KOTABARU – Setelah melaksanakan ujian nasional (UN) tingkat SMA sederajat beberapa waktu lalu, sebanyak 33 sekolah di daerah ini bisa dipastikan akan merayakan hasil kelulusan yang akan diumumkan, Senin (16/5) besok.

Dari 33 sekolah penyelenggara UN hanya satu sekolah yang siswanya tidak lulus, yaitu Madrasah Aliyah Daruulum.

Kepala Dinas Pendidikan Eko Suryadi WS melalui Kasi Kurikulum, Johansyah mengatakan tingkat kelulusan siswa SMA sederajat tahun ini lebih baik dari tahun lalu yaitu hampir mencapai 100 persen.

Dirincikannya 33 sekolah berhasil meluluskan siswanya 100 persen antara lain, lima SMK, 26 SMA dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Sedangkan Madrasah Aliyah Daruulum tingkat kelulusan hanya 99 persen lebih, karena satu orang siswa tidak lulus.

Johansyah mengaku tidak hanya bangga, tapi mengimbau kepada semua sekolah penyelenggara untuk terus meningkatkan prestasi ini. Selain itu, dia berpesan kepada siswa agar tidak mencoret-coret seragam saat pengumuman kelulusan disampaikan.

sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/5/15/86077/disdik-himbau-siswa-tidak-coret-seragam

Di Jatim, Kelulusan SMA Nyaris 100 Persen

Minggu, 15 Mei 2011 12:00 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2010/2011 untuk SMA di Jawa Timur mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Tingkat kelulusan SMA Jatim mencapai 99,75 persen, sementara SMK mencapai 99,90 persen. Dengan tingkat kelulusan tersebut sebanyak 709 siswa SMA/SMK Jatim tidak lulus.

“Hasil UN SMA/SMK se-Jawa Timur bagus, mengalami peningkatan. Angka ketidaklulusan siswa menurun,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Harun, Ahad (15/5).

Untuk tingkat SMA, angka kelulusan Jatim meningkat dari 99,72 persen pada tahun ajaran 2009/2010 menjadi 99,75 persen pada 2010/2011. Jumlah siswa SMA yang tidak lulus sebanyak 559 orang dari 203.466 peserta UN tahun ini. Angka kelulusan tersebut juga meningkat dibandingkan pada 2008/2009 yakni 95,53 persen.

Peningkatan yang sama juga terjadi pada tingkat kelulusan siswa SMK. Pada tahun ajaran 2009/2010, angka kelulusan siswa SMK mencapai 99,77 persen. Jumlah itu meningkat pada 2010/2011 yakni menjadi 99,90 persen. Dengan angka kelulusan tersebut, sebanyak 150 siswa dari 15.277 peserta UN SMK dinyatakan tidak lulus. “Tingkat kelulusan Jatim menduduki peringkat kelima secara nasional,” ujar Harun.

Menurut Harun, faktor yang mempengaruhi ketidaklulusan tersebut bukan disebabkan kurang siapnya siswa dalam menghadapi UN. Namun, siswa yang dinyatakan tidak lulus tersebut lantaran berhalangan mengikuti UN. “Ujian sekolah mereka ikuti, tapi ketika UN berhalangan hadir,” ujarnya.

Untuk tingkat SMA, nilai UN tertinggi diperoleh siswa dari SMA 1 Manyar Gresik untuk jurusan bahasa. Sementara siswa SMA 1 Babat Lamongan dan SMA 1 Kedungpring Lamongan masing-masing memiliki nilai UN tertinggi untuk SMA jurusan IPA dan IPS. “Kita minta pengumuman UN tetap dilakukan sekolah Senin (16/5),” ujar Harun.

Sementara untuk kelulusan siswa SMA/SMK Kota Surabaya juga mengalami peningkatan serupa. Pada tahun ajaran 2010/2011 ini, tingkat kelulusan SMA mencapai 99,94 persen atau naik dari sebelumnya 99,63 persen. Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Sahudi menyatakan sebanyak 136 siswa SMA dinyatakan tidak lulus.

Untuk tingkat SMK, angka kelulusan mencapai 99,84 pada tahun ajaran 2010/2011. Angka itu meningkat dibanding tahun sebelumnya yakni 99,72 persen. Dari tingkat kelulusan itu, terdapat 37 siswa SMK tidak lulus. Rinciannya, 36 dari SMK negeri dan satu dari SMK swasta. “Tapi jumlah siswa tidak lulus itu akan diverifikasi lagi karena masih ada siswa yang ikut UN tapi nilainya nol,” ujarnya.

Koordinator pengawas UN, Ali Mufi mengungkapkan isu kecurangan seperti bocoran jawaban selama UN berlangsung ternyata tidak terbukti. Selama UN SMA/SMK, pengawasan melibatkan 9 Perguruan Tinggi Negeri se-Jawa Timur. “Ada 2.825 pengawas dari satuan pendidikan yang terlibat,” sebutnya.

Ali mengungkapkan secara keseluruhan pelaksanaan UN relatif lancar. Hanya saja, percetakan UN masih perlu dievaluasi lantaran masih ada masalah keterlambatan distribusi soal. “Percetakan jangan di luar Jatim sehingga bisa lebih cepat distribusi nantinya,” ungkapnya.

Redaktur: Djibril Muhammad

Reporter: C01

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/05/15/ll80lc-di-jatim-kelulusan-sma-nyaris-100-persen

Alhamdulillah! Siswa di Lombok Lulus 100 Persen

Minggu, 15 Mei 2011 14:34 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM – Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) NTB Lalu Syafi’i menyatakan tingkat kelulusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Lombok Utara dalam ujian nasional mencapai 100 persen. “Dari sepuluh kabupaten/kota di NTB yang menyelenggarakan ujian nasional hanya Kabupaten Lombok Utara yang mampu meluluskan siswa SMK 100 persen,” kata Lalu Syafi’i di Mataram, Ahad (15/5).

Tingkat kelulusan siswa SMK di kabupaten termuda di NTB itu, pada ujian nasional 2010 mencapai 98,28 persen. Syafi’i menyebutkan tingkat kelulusan siswa di Kabupaten Bima mencapai 99,88 persen dengan jumlah siswa yang tidak lulus hanya satu orang dari 809 peserta.

Kabupaten Bima juga berhasil memperbaiki persentase kelulusan ujian nasional sebesar 0,60 persen dibandingkan hasil pada tahun sebelumnya yang mencapai 99,28 persen. Untuk Kabupaten Lombok Barat yang berada di peringkat ketiga mencapai persentase kelulusan sebesar 99,30 persen.

Jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 11 orang dari 1.568 orang peserta. “Jika dibandingkan dengan persentase kelulusan ujian nasional pada 2010 yang mencapai 98,89 persen maka terjadi peningkatan sebesar 0,41 persen,” katanya.

Kota Mataram, kata Syafi’i, berada di peringkat keempat, dengan persentase kelulusan mencapai 98,99 persen, jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 23 orang dari 2.275 orang peserta. Persentase kelulusan di Kota Mataram meningkat 0,82 persen, jika dibandingkan dengan persentase hasil ujian nasional pada 2010 yang mencapai 98,17 persen.

Kabupaten Sumbawa berada di peringkat kelima dengan persentase kelulusan 98,76 persen, jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 17 orang dari 1.371 orang peserta. “Hasil ujian nasional siswa SMK di Kabupaten Sumbawa, pada 2011, meningkat 3,27 persen, dibandingkan hasil ujian nasional tahun sebelumnya, yang mencapai 95,49 persen,” katanya.

Peringkat keenam ditempati Kabupaten Lombok Timur dengan persentase kelulusan 98,33 persen dengan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 29 orang dari 1.741 orang peserta. Persentase kelulusan di Kabupaten Lombok Timur mengalami peningkatan 1,69 persen, dibandingkan dengan hasil ujian nasional pada 2010 yang mencapai 96,64 persen.

Untuk Kabupaten Sumbawa Barat yang menempati posisi ketujuh, kata dia, persentase kelulusannya mencapai 97,88 persen dengan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak sembilan orang dari 424 orang peserta. Kabupaten Sumbawa Barat juga berhasil meningkatkan persentase kelulusan sebesar 10,34 persen dibandingkan hasil ujian nasional pada 2010 yang mencapai 87,54 persen.

Syafi’i yang didampingi Kepala Balai Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Dikpora NTB Sukran mengatakan peringkat kedelapan ditempati Kota Bima dengan persentase kelulusan mencapai 97,27 persen, jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 28 orang dari 1.025 orang peserta.

“Persentase kelulusan di kabupaten itu meningkat 7,24 persen jika dibandingkan hasil ujian nasional pada 2010 yang mencapai 90,03 persen,” katanya.

Peringkat kesembilan ditempati Kabupaten Dompu dengan persentase kelulusan mencapai 96,60 persen, jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 32 orang dari jumlah 942 orang peserta. Kabupaten Dompu juga berhasil mengangkat persentase kelulusan sebesar 2,04 persen, jika dibandingkan dengan hasil ujian nasional pada 2010 yang mencapai 94,56 persen.

Peringkat kesepuluh atau terakhir adalah Kabupaten Lombok dengan persentase kelulusan 95,10 persen, jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 67 orang dari 1.367 orang peserta. Kabupaten Lombok Tengah mengalami penurunan persentase kelulusan pada 2011 sebesar minus 4,33 persen, jika dibandingkan dengan persentase kelulusan tahun sebelumnya yang mencapai 99,43 persen.

“Persentase kelulusan ujian nasional siswa SMK di Kabupaten Lombok Tengah, pada 2011 menurun drastis. Tahun sebelumnya, kabupaten itu menempati peringkat pertama kelulusan ujian nasional SMK di NTB,” katanya.

Secara umum, kata Syafi’i, persentase kelulusan ujian nasional SMK di NTB tahun ajaran 2010/2011 mencapai 98,18 persen dengan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 217 orang dari 11.929 orang peserta. Persentase kelulusan mengalami peningkatan jika dibandingkan hasil ujian nasional 2009/2010 yang mencapai 96,57 persen dengan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 386 orang dari 11.268 orang peserta.

Syafi’i mengimbau kepada seluruh siswa SMK yang lulus ujian nasional agar mensyukuri apa yang telah diraih dengan cara-cara yang baik dan tidak melakukan perbuatan mubazir dan merugikan seperti menggelar konvoi kendaraan disertai aksi coret baju seragam dan mengecat rambut.

Redaktur: Djibril Muhammad

Sumber: Antara

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/05/15/ll87q9-alhamdulillah-siswa-di-lombok-lulus-100-persen

Siswa SMA dan SMK Sukabumi Lulus UN 99,9 Persen

Minggu, 15 Mei 2011 15:33 WIB

SUKABUMI–MICOM: Panitia Ujian Nasional (UN) Sukabumi mengungkapkan kelulusan peserta UN daerah itu mencapai 99,9 persen lebih atau hanya dua peserta tingkat SMA sederajat yang tidak lulus ujian tersebut.

Ketua Panitia UN Kota Sukabumi, Mulyono, Minggu (15/5), mengatakan, dari jumlah SMA 2.494 orang, SMK 2.829 orang dan Madrasah Aliyah (MA) 433 orang, hampir 100 pesen lulus, hanya dua orang peserta saja yang tidak lulus.

“Untuk peserta SMA yang tidak lulus satu orang, SMK yang tidak lulus satu orang dan untuk MA 100 persen lulus,” kata Mulyono.

Ditambahkan, dari jumlah peserta UN tingkat SMA sederajat ada sekitar sembilan orang yang tidak ikut atau yang awalnya 5.379 peserta, tetapi yang mengikuti UN hanya 5.370 pelajar.

“Mereka yang tidak ikut dikarenakan mengundurkan diri dan meninggal,” tambahnya.

Ia menjelaskan, dua pelajar yang tidak lulus ini merupakan hasil komulasi nilai UN dan Ujian Akhir Sekolah (UAS), sehingga dipastikan keduanya tidak lulus dan tidak bisa mengikuti UN susulan.

Tetapi pihaknya masih enggan memberitahu dari sekolah mana kedua pelajar yang tidak lulus ini.

Namun, pihaknya cukup puas dengan hasil UN, karena diatas rata-rata kelulusan nasional yang hanya 99,2 persen.

“Kami mengimbau kepada pelajar yang tidak lulus untuk tidak berkecil hati karena masih ada kesempatan lainnya atau bisa mengikuti progam paket C,” imbau Mulyono.

Pihaknya juga sampai saat ini masih melakukan koreksi terhadap hasil kelulusan ini, tetapi menurutnya hasil UN sudah ada ditangannya dan mungkin tidak berubah lagi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Sukabumi, Ayep Supriatna mengaku puas dengan hasil kelulusan UN SMA sederajat yang mencapai 99,9 persen lebih atau mendekati 100 persen. Bahkan untuk peserta UN dari MA lulus 100 persen.

“Memang kami targetkan 100 persen kelulusan, tetapi hasil saat ini naik dibandingkan tahun lalu yang hanya 98,82 persen,” kata. (Ant/OL-9)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/05/15/226231/289/101/Siswa-SMA-dan-SMK-Lulus-UN-999-Persen

Tingkat Kelulusan Ujian Nasional di DKI Jakarta Capai 99,52 Persen

Sabtu, 14 Mei 2011 17:43 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,KEBON SIRIH — Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta melansir sebanyak 99,52 persen siswa tingkat SMA/SMK/MA/SMALB lulus ujian nasional (UN).

Tingkat kelulusan itu lebih tinggi dibanding kelulusan tingkat nasional sekitar 99,22 persen. “Benar, angka kelulusan siswa di DKI lebih tinggi dibanding nasional,” ujar Kepala Disdik DKI Jakarta, Taufik Hadi Mulyanto, melalui pesan singkat kepada wartawan, Sabtu (14/5).

Menurut Taufik, untuk siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) tingkat kelulusan lebih tinggi mencapai 99,81 persen. Angka itu di atas capaian kelulusan sekolah menengah atas (SMA) sebesar 99,55 persen. Dikatakannya, raihan siswa SMK membuktikan prestasi mereka patut diapresiasi. Sebab, membuktikan bahwa SMK bukan lagi sekolah yang layak dipandang sebelah mata.

UN tingkat SMA/SMK/MA/SDLB dilaksanakan pada 18-21 April lalu. Terdapat enam mata pelajaran diujikan pada siswa. Yakni, tiga mata pelajaran wajib (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika), serta tiga mata pelajaran lain sesuai bidang peminatan. Bagi siswa jurusan IPA, tiga mata pelajarannya, Biologi, Kimia dan Fisika. Bagi siswa IPS, mengerjakan Sosiologi, Geografi dan Ekonomi. Bagi siswa Bahasa, mengerjakan Sastra Indonesia, satu bahasa asing, dan Sejarah Budaya.

Adapun, sebanyak 122.139 siswa ikut UN. Rinciannya, 53.937 siswa SMA, 63.382 siswa SMK, 4.679 siswa Madrasah Aliyah (MA), dan 141 siswa SMA Luar Biasa (SMALB).

Dikatakan Taufik, sistem kelulusan pada 2011 sedikit berbeda dibanding tahun lalu. Tahun ini, kata dia, persentase UN hanya memegang 60 persen dari komponen kelulusan. Sisanya, 40 persen disumbang nilai ujian sekolah dan nilai rapor siswa. Kendati demikian, sambung Taufik, setiap siswa tetap harus mendapat nilai minimal 5,5 dari tiap mata pelajaran yang diujikan.

Dijelaskannya, pengumuman hasil UN diumumkan pada Senin, (16/5) mendatang dengan cara melalui website sekolah, telepon, pesan singkat (sms), surat tertulis maupun surat elektronik (email). “Pengumuman UN diserahkan setiap sekolah.”

Taufik berpesan agar jangan terjadi siswa melakukan aksi corat-coret baju untuk merayakan kelulusan. “Lebih baik bajunya diberikan kepada adik tingkat,” katanya

Redaktur: taufik rachman

Reporter: C13

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/regional/jabodetabek/11/05/14/ll6lm0-tingkat-kelulusan-ujian-nasional-di-dki-jakarta-capai-9952-persen

73 Siswa SMA/ MA/ SMK di Sumsel tak Lulus UN

Minggu, 15 Mei 2011 13:50 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Tingkat kelulusan siswa peserta Ujian Nasional (UN) 2011 tingkat SMA/ MA/ SMK di Sumatera Selatan (Sumsel) menggembirakan. “Dari 79.910 siswa peserta UN, hanya 73 peserta saja yang belum berhasil lulus dalam UN tahun ini,” kata Ade Karyana Kepala Dinas Penddikan Provinsi Sumsel, Ahad (15/5).

Menurut Ade Karyana prosentase kelulusan siswa seluruh peserta UN tahun 2011 relatif sama dengan tahun lalu. “Jumlah siswa yang lulus tahunnya mencapai 99 persen,” ujarnya.

Ade Karyana menjelaskan, untuk kelulusan siswa SMA program IPA angka kelulusan mencapai 99, 95% dengan nilai rata-rata 8,29 dan untuk untuk program IPS sebesar 99,85% dengan nilai rata-rata 7,77. Sementara itu kelulusan untuk siswa MA (Madrasah Aliyah) untuk program IPA dan keagamaan kelulusan mencapai nilai sempurna yakni 100% dengan ratarata 7,96 dan 7,56.

Untuk kelulusan siswa MA program IPS sebesar 99,76% dengan nilai rata-rata 7,62. Untuk SMK tingkat kelulusan juga cukup baik yakni mencapai 99,97% dengan nilai rata-rata 7,89. Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Banyuasin menjelaskan, peserta yang belum berhasil lulus tersebut 12 siswa peserta dari SMA program IPA dan 44 siswa peserta dari program IPS, 12 siswa peserta dari MA program IPS dan 5 siswa dari SMK.

“Dari 73 siswa peserta UN yang tidak lulus, sebarannya 47 siswa dari Kabupaten Empat Lawang, sembilan siswa dari Banyuasin, delapan siswa dari Kota Palembang, dua siswa dari Kota Pagaralam, dua siswa dari Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, dan masing-masing satu siswa dari OKU Timur, Lahat, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir (OI),” ujar Ade Karyana.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, bagi siswa yang tidak lulus, tahun ini tidak diberlakukan kebijakan ujian ulangan. “Peserta yang tidak lulus disarankan mengikuti Ujian Nasional Program Kesetaraan atau UNPK Paket C),” tambahnya.

Sementara itu menurut Widodo Ketua Panitia UN 2011 Dinas Pendidikan Sumsel, hasil UN terbaik tingkat SMA diraih SMA Negeri 3 Kayu Agung dengan rata-rata 54,53, SMA Sjahyakirti Palembang denga rata-rata 54,46 dan SMA Negeri I Unggulan Muara Enim dengan rata-rata 54,33.

Untuk SMK dengan hasil UN terbaik ditempati SMK Nurul Huda Buay Madang dengan ratarata 34,80, SMK Yanitas Palembang dengan rata-rata 34,12 dan SMK YPBB Belitang dengan rata-rata 34,07. “Nilai tertinggi UN tahun ini di Sumsel diraih Fatimah Shellya Shabab dari SMA Patra Mandiri untuk program IPA dengan rata-rata 57,50 dan Lutfi Putri Ambasari dari SMA Negeri 8 Palembang untuk program IPS dengan rata-rata 54,60,” katanya.

Redaktur: Djibril Muhammad

Reporter: Maspril Aries

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/05/15/ll85nf-73-siswa-sma-ma-smk-di-sumsel-tak-lulus-un

Berikut ini link download untuk contoh analisis butir soal dan analisis ketuntasan belajar.

KLIK LINK BIRU UNTUK DOWNLOAD

  1. Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar dan Analisis Butir Soal (44-50 Siswa)
    Contoh: Format analisis ketuntasan belajar dan analisis butir soal berbasis program pengolah angka MS Excel untuk 44-50 siswa
    [download klik disini]
  2. Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar dan Analisis Butir Soal (37-43 Siswa)
    Contoh: Format analisis ketuntasan belajar dan analisis butir soal berbasis program pengolah angka MS Excel untuk 37-43 siswa [download klik disini]
  3. Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar dan Analisis Butir Soal (30-36 Siswa)
    Contoh : Format analisis ketuntasan belajar dan analisis butir soal berbasis program pengolah angka MS Excel untuk 30-36 siswa [download klik disini]
  4. Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar dan Analisis Butir Soal (23-29 Siswa)
    Contoh : Format analisis ketuntasan belajar dan analisis butir soal berbasis program pengolah angka MS Excel untuk 23-29 siswa [download klik disini]
  5. Analisis Ketuntasan Belajar dan Butir Soal untuk 250 Siswa
    Contoh : Analisis ketuntasan belajar dan analisis butir soal untuk 250 siswa dengan jumlah soal 100 PG dan 10 Essay. Aplikasi ini berbasis aplikasi pengolah angka MS Office Excel [download klik disini]
  6. Kisi-Kisi dan Materi Uji Olimpiade Sains BIDANG INFORMATIKA/KOMPUTER Disertai Contoh-contoh dan Pembahasan. [download klik disini]


Sumber