Arsip

Kurikulum

Dokumen Silabus PAUD-TK berikut ini berisi pedoman proses pembelajaran untuk TK, RA, dan PAUD yang merupakan panduan yang disusun oleh Pusat Kurikulum Depdiknas. Semoga pedoman Silabus PAUD-TK ini memberi gambaran dan perbandingan bagi para pengajar PAUD-TK dalam menyusun perangkat ajar dan Silabus PAUD-TK di sekolah masing-masing.

Dokumen Silabus PAUD-TK berikut ini tersimpang dalam server. silakan klik link di bawah ini untuk mengunduh Silabus PAUD-TK secara gratis.

Model Penilaian KTSP TK
Model Kurikulum Pembelajaran Berbasis Alam PAUD Formal
Silabus PAUD Formal
Standar dan Bahan Ajar PAUD NonFormal
Standar dan Bahan Ajar PAUD-Formal
Standar Isi PAUD NonFormal
Standar Isi PAUD Formal
Silabus PAUD NonFormal
Silabus RPP TK-RA 

Semoga Silabus PAUD-TK ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Mohon komentar dan masukannya demi perbaikan Silabus PAUD-TK ini. Terima Kasih.

Kumpulan Lagu Pramuka MP3
Berikut beberapa lagu pramuka dalam format MP3 yang bisa anda download dengan sekali klik masing-masing judul.

  1. Himne Satya Darma Pramuka Klik DI SINI
  2. Apa Kabar Klik DI SINI
  3. Apa Guna Keluh Kesah Klik DI SINI
  4. Alam Bebas Klik DI SINI
  5. Anak Desa Klik DI SINI
  6. Ayo Jalan Klik DI SINI
  7. Berkemah Klik DI SINI
  8. Penegak Klik DI SINI
  9. Gembira Berkumpul Klik DI SINI
  10. Di Sini Bertemu Lagi Klik DI SINI
  11. Ke Latihan Pramuka Klik DI SINI
  12. Itu Pramuka Klik DI SINI
  13. Kami Riang Klik DI SINI
  14. Api Unggun Klik DI SINI
  15. Di Sini Senang di Sana Senang Klik DI SINI

Semoga bermanfaat.
Ditunggu komentarnya.

sumber: partiturlagu-lagu.blogspot.com

Yang membutuhkan RPP PENJASKES SMK Kelas X, XI, XII silakan download link di bawah ini.

Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas X KELAS X
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas X Semester IKELAS XA
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas X Semester I KELAS XA
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas X Semester II KELAS XB
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas X KELAS XI
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas X Semester I KELAS XIA
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas XII Kelas XII
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas XII Semester II KELAS XIIB
Download Contoh RPP PENJASKES SMK Kelas X Semester I KELAS XIIA

DARUSSALAM — Pondok Modern Darussalam Gontor telah mempersiapkan kontingen pramuka yang akan dikirim mengikuti Jambore Dunia (Jamdun) ke-22 di Swedia, pada bulan Juli-Agustus 2011 mendatang. Kontingen yang diberi nama “Eagle Team” ini beranggotakan 28 orang santri yang terdiri dari 23 orang santri Gontor 1, dua orang santri Gontor 3, dua orang santri Gontor 5, dan satu orang santri Gontor 6. Mereka berhasil lolos seleksi yang meliputi kemampuan berbahasa Inggris dan skill kepramukaan.

Mengingat semakin dekatnya acara yang dijadwalkan akan berlangsung selama 10 hari, 27 Juli — 7 Agustus 2011 nanti, Majelis Pembimbing Koordinator Harian (Mabikori) mengadakan karantina peserta sejak beberapa minggu yang lalu, Rabu (1/6), dengan tujuan menggalang kekompakan antaranggota kontingen dan memaksimalkan latihan-latihan kepramukaan. Selama mengikuti karantina, mereka ditempatkan bersama-sama di ruangan Ankuperpus Gedung 17 Agustus hingga menjelang waktu keberangkatan. Menurut Ustadz Firman Kurniawan, staf Mabikori, kontingen direncanakan berangkat dari Gontor pada tanggal 23 Juli 2011 yang akan datang.

Sementara itu, selain berlatih dalam berbagai skill kepramukaan, para peserta juga mengadakan latihan Tari Aceh, Tari Malulo, dan Kesenian Reog. Ketiga seni inilah yang nantinya akan ditampilkan kontingen Gontor di Swedia untuk mewakili kebudayaan Indonesia, karena “Eagle Team” juga berstatus sebagai utusan Indonesia. Dengan persiapan ini, diharapkan “Eagle Team” mampu menyebarkan syiar Gontor ke seluruh dunia sekaligus membawa nama baik Indonesia di mata dunia melalui bidang kepramukaan.

Sumber

Istilah kurikulum ter­sem­bunyi (hidden curricullum) dikenalkan oleh Philip W Jackson pada tahun 1968 dan Paulo Freire pada 1972. Namun, Pondok Modern Darussalam Gontor telah menerapkan kurikulum ini sejak awal berdirinya, 10 April 1926. Kurikulum ter­sem­bunyi dilaksanakan untuk mengolah ranah afektif dan psikomotorik peserta didik. Dalam melaksanakan kuri­kulum tersembunyi ini, KMI dibantu oleh staf Peng­asuhan Santri. Untuk memberlakukan kurikulum ter­sembunyi ini, saf Pengasuhan Santri menggunakan “Total Quality Control” yang berfungsi untuk mencari dan me­nyelesaikan permasalahan, mencari inspirasi, memupuk rasa tanggung jawab dan menciptakan kehidupan sesuai dengan yang diinginkan/diarahkan.



Pelaksanaan hidden curriculum dapat dilakukan di rayon atau asrama, Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), Koordinator Gerakan Pramuka, dan non-OPPM. Di asrama, kurikulum ini dilaksanakan selama 24 jam per hari. Selama waktu tersebut para santri mendapatkan pen­­didikan hidup dan menghidupi, berjuang dan mem­perjuangkan, berkorban dan mengorbankan. Santri kelas 5 yang diberi tanggung jawab oleh Pengasuh Pondok untuk menjadi pengurus rayon diharapkan terdidik untuk bisa menjadi pemimpin yang hakiki. Mereka dituntut sewaktu-waktu untuk bisa menjadi ‘ayah’ atau ‘ibu’. Sewaktu-waktu juga bisa menjadi ‘kakak’ bahkan ‘teman’ biasa bagi anggotanya masing-masing. Sedangkan anggota rayon, santri kelas 1-4 dan kelas 5-6 yang tinggal di asrama, perlu memperoleh bimbingan, pengawalan, motivasi bahkan kadang-kadang perlu shock terapy.

Sistem asrama ini bagaikan sebuah sistem pemerintah­an suatu negara. Ketua rayon sebagai presiden, para pengurus rayon lainnya –yang terbagi menjadi dua bagian: keamanan dan penggerak bahasa– sebagai menteri, dan anggota rayon ibarat masyarakat. Anggota rayon itu bagaikan padi. Makin diperhatikan, dirawat dan dijaga dari segala serangan hama oleh petani (pengurus rayon) maka makin baguslah hasil panennya. Sebaliknya jika padi itu kurang diperhatikan, jarang dirawat, dibiarkan dari serangan hama, maka padi itu akan hancur, rusak, tak layak untuk dijual apalagi dikonsumsi. Sama halnya dengan anggota yang menghadapi pelbagai permasalahan dan kurang mendapat bimbingan, perhatian, motivasi, dan khususnya pengontrolan dari pengurus dalam bidang ubudiyah, akhlak, disiplin, akademik, dan bahasa, maka prestasi santri akan kurang memuaskan ke­ti­ka kenaikan kelas di­umum­kan.

Kurikulum pesantren di Pon­­dok Modern Gontor se­imbang. Tidak membedakan pro­gram intrakurikuler dengan ekstra­­kurikuler. Se­­­imbang bukan berarti fifty-fifty atau one hundred-one hundred me­­lainkan semuanya di­penting­kan, diperhatikan dan pada akhir­nya akan mem­pe­ngaruhi kinerja santri. Karena dipentingkan, di­per­hatikan, dan keduanya sa­ling mempengaruhi, maka kurikulum ter­sebut menjadi satu kesatuan yang utuh (integrated) dan menyeluruh (comprehensive). Program intrakurikuler tidak lebih utama daripada ekstrakurikuler atau sebaliknya. Jadi, kegiatan dalam kelas maupun luar kelas sama pentingnya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, untuk kepentingan tertentu, bisa jadi kelas diliburkan untuk kegiatan ekstrakurikuler seperti pada acara pergantian pengurus OPPM, penerimaan tamu, pekan perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy, dan apel tahunan. Dengan meliburkan kelas untuk kepentingan tertentu, itu menandakan bahwa derajat intrakurikuler dan ekstrakurikuler sama (seimbang).

Integrasi intrakurikuler dengan ekstrakurikuler dapat dilihat dari aspek pengembangan potensi santri, baik dalam ubudiyah, mental, sosial, maupun intelektual. Santri memperoleh pelajaran agama 100 persen dan pelajaran umum 100 persen. Dua hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah karena seluruh santri berada dalam kampus selama 24 jam per hari yang terintegrasikan pada tri pusat pendidikan; rumah, sekolah, dan masyarakat dengan dilandasi oleh falsafah hidup pondok yang secara tidak sadar telah diajarkan oleh guru di dalam kelas melalui mata pelajaran agama dan umum yang kemudian diterapkan oleh seluruh santri pada kehidupan sehari-hari. Misalkan, pelajaran muthala’ah, mahfudzat, dan hadis mengajarkan tentang akhlaqul karimah, sedangkan pelajaran bahasa Inggris mengajarkan tentang kedisiplinan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, tujuan pembelajaran di Gontor dapat tercapai sesuai yang diinginkan atau diarahkan.

Tujuan pembelajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor adalah mencetak santri yang mukmin, taat menjalankan dan menegakkan syariat Islam, berbudi tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan negara, serta bukan untuk mencari ijazah atau gelar.

Oleh: Mochamad Lutfi Andriansa

Sumber


Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik; pendekatan humanistik; pendekatan teknologi; dan pendekatan rekonstruksi sosial.
a. Model Pengembangan Kurikulum melalui Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Pendekatan subyek akademik dalam menyususn kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelititan.
b. Model Pengembangan Kurikulum Melalui Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolah dari ide memanusiakan manusia. Penciptaan jkonteks yang memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengmbangan program pendidikan.
Kurikulum pada pendekatan ini mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1) Partisipasi, kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai bentuk aktivitas kelompok. Melalui vartisivasi kegiatan bersama, murid-murid dapat mengadakan perundingan, persetujuan, pertukaran kemampuan, bertanggung jawab bersama, dan lain-lain. Ini menunjukkan cirri yang non- otoriter
2) Intergrasi, melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasidari pemikiran, dan juga tindakan.
3) Relevansi, isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan kebutuhan muridkarena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri.
4) Pribadi anak, pendidikan ini memberikan tempat utama pada pribadian anak.
5) Tujuan, pendidikan ini bertujuan pengembangan pribadi yang utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
c. Model Pengembangan Kurikulum Melalui Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Pembelajaran PAI dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bila mana yang menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan menilainya.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya. Karena dari itu pendekatan teknologis tidak selamanya dapat digunakan dalam pembelajaran PAI. kalau kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam hanya sampai kepada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama, mungkin bisa mengunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan produknya bisa dirancang sebelumnya.
Pesan-pesan pendidikan agama Islam tidak semua dapat didekati secara teknologis. Sebagai contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik terhadap Allah Swt., malaikatnNya, kitab-kitabNy dan lainnya. Masalah kesadaran keimanan banyak mengadung masalah yang abstrak, yang tidak hanya dilihat dari perilaku riil atau konkritnya. prinsip efisiensi dan efektivitas (sebagai ciri khas pendekatan teknologis) kadang kala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh guru, karena pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan berakhlak Islam, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam, memerlukan proses yang relatif lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya dengan hanya mengandalkan pada kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan pendekatan teknologis. Kerena itu perlu menggunakan pendekatan lain yang bersifat non-teknologis.
d. Model Pengembangan Kurikulum Melalui pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan Rekonstruksi Sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukkan masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahawa manusia adalah sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, selain hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama.
Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan guru/dosen dengan sumber-sumber belajar yang lain. Karena itu, dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan PAI bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat sebagai isi PAI, sedang proses atau pengalaman belajar peserta didik adalah dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooparatif dan kolaboratif, berupaya mencari pemecahan terhadap problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Model pembelajaran PAI berwawasan rekonstruksi sosial dapat digambarkan di bawah ini sebagai berikut.
Gambar 1.1
MODEL PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN REKONSTRUKSI SOSIAL MASYARAKAT (SOCIETY)

Dari gambar di atas dapat disejelaskan bahwa, peserta didik terjun kemasyarakat dengan dilandasi oleh internalisasi ajaran dan nilai-nilai Islam, yang mengandung makna bahwa setiap langkah dan tahap kegiatan yang hendak dilakukan dimasyarakat selalu dilandasi oleh niat yang suci untuk menjunjung tinggi ajaran dan nilai-nilai fundamental Islam sebagaimana yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah/hadis Rasulullah Saw., serta berusaha membangun kembali masyarakat atas dasar komitmen, loyalitas dan dedikasi sebagai pelaku terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam tersebut.
1. Tahap Analisis
a. GAPI dan peserta didik mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan. Hasil yang diharapkan adalah teridentifikasinya: (1) konteks atau karakteristik masyarakat yang menghadapi problem; (2) katagori permasalahan atau problem yang ada dimasyarakat; (3) tema-tema pelajaran PAI; (4) skala prioritas tema pelajaran PAI.
b. Analisis tugas. Hasil yang diharapkan adalah teridentifikasinya: (1) berbagai kebutuhan pembelajaran PAI yang mampu menyelesaikan problem yang ada di masyarakat atau kualifikasi yang diharapkan dengan hasil kinerja berdasarkan persyaratan yang tertuang dalam uraian tugas yang meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap dalam menjalankan tugas yang diharapkan; (2) berbagai posisi yang memerlukan dukungan pembelajaran guna memecahkan masalah yang dihadapi, seperti posisi GPAI, kelompok-kelompok peserta didik, tokoh-tokoh masyarakat, masyarakat yang menjadi subjek dan sasaran program pembelajaran PAI.
c. menentukan peserta atau siapa yang menjadi subjek dan apa sasaran program. Hasil yang diharapkan. Hasil yang diharapkan; (1) tersusunnya klasifikasi peserta; (2) kriteria peserta berdasarkan hasil penjagagan kebutuhan dan uraian tugas yang ada yang dapat mempengaruhi tingkat kedalaman tujuan, penyusunan materi, dan pemilihan metode.
2. Tahap Desain
a. Merumuskan tujuan dan target pembelajaran PAI.
b. Merancang program pembelajaran PAI (tema pokok, pendekatan dan metode, media dan sumber belajar, serta evaluasinya)
c. Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaannya.
Pada tahap desain (a, b, dan c), hasil yang diharapkan adalah tersusunnya rencana dasar penyelenggaraan pembelajaran PAI di masyarakat yang mencakup: (1) tujuan pembelajaran PAI; (2) pokok-pokok dan sub pokok bahasan; (3) metode dan media pembelajaran; (4) kriteria dan jumlah peserta yang menjadi subjek dan sasaran pembelajaran PAI; (5) kriteria atau kualifikasi fasilitator dan jumlah fasilitator yang dibutuhkan; (6) waktu penyelenggaraan dan perincian waktu; (7) teridentifikasinya tempat penyelenggaraan; (8) jumlah anggaran biaya yang dibutuhkan; (9) komponen pendukung lainnya.
Mengembangkan dalam proposal atau TOR (Team of reference), yang berisi; (1) latar belakang/pendahuluan, yang menjelaskan berbagai permasalahan atau sense of crisis dan alasan pelaksanaan program; (2) pernyataan tujuan yang menyangkut tujuan umum atau khusus; (3) pokok-pokok bahasan materi pelajaran PAI, sehingga permasalahan dapat terpecahkan; (4) pendekatan dan metode, yakni uraian singkat tentang pendekatan dan cara bagaimana pokok bahasan akan diproses untuk mencapai tujuan; (5) fasilitator dan program, yakni kualifikasi atau persyaratan dan atau kriteria fasilitator yang dibutuhkan serta jumlah yang dikehendaki, serta menguraikan kualifikasi atau persyaratan dan jumlah peserta yang akan dikenai sasaran pembelajaran PAI; (6) komponen-komponen lain yang bersifat logistik, seperti tempat, waktu, dan lain-lainnya.
3. Tahap Implementasi
Yakni pelaksanaan program atau implementasi terhadap apa yang tertuang dalam TOR. Dlam hal ini prlu dibuat skenario pembelajran PAI, yang berisi: (1) beberapa jumlah hari yang diperlukan; (2) perincian materi dari tema pokok pembelajaran PAI yang dipelajari, dialami serta diinternalisasi oleh peserta dalam beberapa sesi; (3) perincian skenario kegiatan pembelajaran, misalnya: materi 1 tentang apa, butuh berapa sesi, topik masing-masing sesi yang merupakan penjabaran dari materi, apa kegiatan fasilitator dan peserta, berapa waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan.
4. Tahap evaluasi dan umpan balik
Yakni evaluasi pelaksanaan programnya sehingga ditemukan titik-titik kelebihan dan kelemahannya, dan melalui evaluasi tersebut akan diperoleh umpan balik untuk diselanjutnya direvisi programnya untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran PAI berwawasan rekonstruksi sosial di masa yang akan datang.

Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang


Dari beberapa definisi tentang kurikulum tersebut, maka dapat difahami bahwa pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai: kegiatan menghasilkan kurikulum; atau (2) proses mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum.

Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena sebagai berikut: (1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2) perubahan dari cara berfikir tekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agma Islam; (3) perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan prodak tersebut; dan (4) perubahan dari pola pengembangan kurikulm yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum kearah keterlibatan yang luas dari pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara mencapainya.

Kurikulum merupakan konsep Studi yang luas. Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori yang menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar pilosofis dan pada konsep-konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum.

Penekanan pada isi kurikulum. Strategi pengembangan yang menekankan pada isi, merupakan yang paling lama dan banyak dipakai, tetapi juga terus mendapat penyempurnaan atau pembaharuan. Sebab-sebab yang mendorong pembaharuan ini adalah: Pertama, karena didorong oleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai-nilai moral dan budaya dari masyarakat. Kedua, karena perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan. Ketiga, karena adanya tuntutan bahwa kurikulum harus berorientasi pada pekerjaan.
Faktor tersebut tidak timbul dari atau tidak ada hubungannya dengan persekolahan, tetapi sangat mempengruhi perkembangan kurikulum. Pengaruh terhadap pengembangan kurikulum umpamanya, penguatan kembali nilai-nilai moral dan budaya akan meminta perhatian yang lebih besar pada kumpulan ilmu pengetahuan masa lalu, orientasi kepada pekerjaan akan lebih banyak melihat kemasa depan, sedangkan titik tolak pada pandangan filosofis akan lebih menekankan pada disiplin-disiplin keilmuan.

Pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi bersifat material centered. Kurkulum ini memandang murid sebagai penerima resep yang pasif. Anak dianggap sebagai bahan kasar yang tidak berdaya. Salah satu atribut organisasi kurikulum yang didasarkan pada pengetahuan, memungkinkan pengembangan dalam jumlah besar.

Penekanan pada situasi pendidikan. Tipe kurikulum ini lebih menekankan pada masalah dimana, bersifat khusus, sangat memperhatikan dan disesuakan dengan lingkungannya. Tipe ini akan menghasilkan kurikulum berdasarkan situasi-situasi lingkungan. Tujuannya adalah menghasilkan kurikulum yang benar-benar merefleksikan dunia kehidupan dari lingkungan anak. Kurikulum yang menekankan pada situasi pendidikan akan sangat beraneka, dibandingkan dengan kurikulum menekankan isi. Kurikulum ini bertujuan mencari kesesuaian antara kurikulum dengan situasi di mana pendidikan berlangsung. Kurikulum ini ruang lingkupnya sempit, masa pengembangannya juga relatif lebih singkat dari pada desiminasinya.

Penekanan pada organisasi. Tipe kurikulum ini sangat menekankan pada proses belajar mengajar. Meskipun dengan berbagai perbedaan dan pertentangan, umpamanya antara konsep sistem instruksional (pengajaran program, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer) dengan konsep pengajaran (perkembangan) dari Bruner dan Jean Piaget, keduanya sangat mempengaruhi perkembangan kurikulum tipe ini.

Perbedaan yang sangat jelas antara kurikulum yang menekankan pada organisasi dengan yang menekankan pada isi dan situasi, adalah memberikan perhatian yang sangat besar kepada si pelajar atau siswa.

Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang

Download Presentasi Pengembangan Kurikulum
KLIK DI SINI


Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
A. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan
Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dsdengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka: 1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, 3) kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

B. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan
Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
2) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:
a. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
b. Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
c. Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.

C. Fungsi kurikulum yang ada di atasnya
1) Fungsi Kesinambungan
Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulm yang diselenggarakannya.
2) Fungsi Peniapan Tenaga
Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara mengajar.

D. Fungsi Kurikulum Bagi Guru
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembanga kurikulum dalam rangaka pelaksanaan kurikulum tersebut.

E. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.

F. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor)
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

G. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.

H. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan
Instansi atau perusahaan yang memper-gunakan tenaga kerja yang baik dalamarti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produk-tivitas.

Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang



Pengertian kurikulum pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dalam bukunya Pembelajaran Agama islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mcengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.

Sedangkan Muhaimin mengemukakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai (1) kegiatan menghasilakan kurikulum PAI; atau (2) proses yang mengaitkan komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik; dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum PAI.

Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang