Arsip

PAI

Dalam kenyataanya pendidikan agama Islam terasa kurang terkait dan kurang konsentrasi terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri seorang dengan cara, metode, media dan forum, selanjutnya makna yang terhayati menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak dan prilaku secara kongkret-agamisdalam wilayah kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Islam yang sekarang berjalan agaknya lebih menitik beratkan pada pendekatan naturalistic-positifistik. Yaitu jenis pendekatan yang lebih menitik beratkan pada aspek koherensi kognitif, tanpa banyak menyentuh moralitas-praktis. Walaupun mungkin pengetahuan yang menitik beratkan pada aspek korespodensi-tekstual, yang lebih menekankan peserta didik menghafal teks-teks agama yang ada.
Sedangkan pada prinsip-prinsip dasar wilayah pertama kebeagamaan Islam perlu diadakan pendekatan doctriner, dan wilayah kedua perlu pendekatan scientific.
Pendidikan dan pengajaran yang diberikan secara doktriner akan cepat membosankan, terutama bagi generasi muda yang telah mengenal dari berbagai cabang ilmu (natural science atau behavioral science). Sedangkan pendekatan kedua cukup menarik bagi peserta didik, tetapi pada klimaksnya tidak bisa membentuk sikap hidup yang jelas. Dari kedua pendekatan di atas perlu kiranya diupayakan desain atau kemasan pendekatan pendidikan Islam yamg memberi nuansa harmonis secara pendekatan doctriner-scientific yang melibatkan peserta didik secara aktif-responsif.

Sarana Pendidikan Islam
1. Pengertian dan tujuan
Sarana PI adalah semua peralatan dan perlengkapan langsung yang digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran disekolah/ madrasah dan pesantren, yang meliputi: alat pelajaran (bahan dan perangkat pembelajaran, buku-buku agama, kamus, kitab suci al-Qur’an, alat peraga, alat-alat praktik, dan alat tulis) dan media pendidikan (media cetak, media elektronik audio, audio visual, media terpadu dan multi media) yang relevan dengan batasan tersebut sarana dapat didefinisikan semu perangkat/ perangkat keras hardwer, maupun perangkat lunak software secara langsung untuk mempermuda konsep abstrak, secara langsung berguna untuk memotivasi belajar, proses pembelajaran.
Sedangkan ruang lingkup dari pendidikan Islam di madrasah adalah: (1) Al-Qur’an/ Ulumul Qur’an,Hadits; (2)Aqidah/ ilmu kalam dan akhlak/Taswuf; (3) Fiqh/Ushul Fih; (4) SKI; (5) Bahasa arab
Adapun tujuan pemberdayaan Pendidikan Islam adalah: (1) meningkatkan kemampuan belajar, motivasi belajar siswa; (2) mempermudah proses pendidikan, pembelajaran yang optimal;(3) menumbukan semangat belajar; (4) mengurangi ketergantungan pada guru agama; (5) menumbukan rasa percaya diri pada agama Islam di era globalisasi.
2. Jenis-jenis Sarana Pendidikan Islam
Sarana pembelajaran pendidikan Islam tidak terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan barang atau peralatan tetapi juga bisa ide, gagasan, prosedur, teknik dan strategi didalam pemberdayaan atau pengembangan pendidikan Islam.
Maka didalam pemberdayaan pendidikan Islam sangat perlu dukungan dari semua pihak, yang bertanggung jawab dalam mendukung tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agma Islam pihak-pihak tersebut antara lain: (a) Perencanaan pengadaan sarana; (b) Kepala sekolah (c) Guru Agama dan; (d) Masyarakat setempat/ Pengusaha atau Stake-Holders.

Pengertian Metode Pengajaran
Metode secara bahasa berarti cara, sedang dalam pemakaian yang umum metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif, 1989). Dan bagian penting yang sering dilupakan orang adalah strategi mengajar yang sesungguhnya melekat erat dalam metode mengajar (Muhibbin Syah, 1999: 201).
Dalam kaitannya dengan materi pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Strategi Pengorganisasian
Yaitu suatu metode untuk mengorganisasi isi bidang studi pendidikan agama Islam yang dipilih untuk pembelajaran. Hal ini mengacu pada :
– Kegiatan pemilihan isi – Penataan isi
– Pembuatan diagram – Skema
– Format, Dsb.
2) Strategi Penyampaian
Yaitu metode penyampaian pembelajaran yang dikembngkan untuk membuat siswa dapat merespon dan menerima pelajaran yang diberikan dengan mudah, cepat dan menyenangkan.
3) Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Yaitu metode yang dipergunakan untuk mengatur hubungan antara peserta didik dengan elemen-elemen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini antara lain:
 Proses penyusunan jadwal kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terkandung tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik
 Proses pembuatan catatan perubahan belajar siswa melalui penilaian yang komprehensif selama proses pembelajaran berlangsung atau sesudahnya.
 Proses pengelolaan motivasi belajar siswa dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan prestasi belajar.
 Kontrol belajar yang mengacu kepada pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik (Muhaimin, 2001: 151-152).
4) Strategi Transinternal
Transformasi nilai dilanjutkan dengan transinternalisasi pada siswa/ peserta didiksama-samaterlibat dalam komunikasi aktif, dan tidak hanya melibatkan komunikasi verbal dan fisik.
Namun, berbeda dengan strategi belajar (Teaching Strategy), metode mengajar tidak langsung berhubungan dengan hasil belajar yang dikehendaki. Artinya, dibandingkan dengan strategi, pada umumnya metode kurang berorientasi pada tujuan (Less Good Oriented) karena metode dianggap mempunyai konsep yang lebih luas dari pada strategi. Gagasan ini tidak berarti mengurangi signifikansi metode mengajar, lantaran strategi mengajar itu ada dan berlaku dalam kerangka metode mengajar.
2. Cirikhas Metode Mengajar
Setiap metode mengajar pasti memiliki keunggulan dan kelemahan yang khas. Namun, kenyataan ini tidak bisa dijadikan argumen “mengapa seorang Guru gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar”.
Sebaliknya, Guru yang profesional dan kreatif justru hanya akan memilih metode mengajar yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan. Kegiatan ini dibandingkan dengan ciri khas atau karakteristik metode-metode mengajar yang akan dipilih (Muhibbin Syah, 1999: 202).

1. Pesan-pesan Besar Pendidikan Islam
Diantara titik lemah pendidikan indonesia, menurut (Rachman 2003, adalah bahwah keerhasilan pendidikan hanya diukur dari keunggulan ranah kognitif dan nyaris tidak mengukur dari ranah afektif dan psikomotor sehingga pembinaan watak budi pekerti terabaikan) .
Untuk mengantisipasi hal diatas maka dalam konteks pelaksanaan pendidikan Islam di madrasah pesan pesan yang sangat perlu dimuat didalamnya adalah: pertama, Pendidikan Islam harus bisa menjaga akidah islamiyah dengan dukungan wawasan keilmuan Islam lainnya. Kedua, pendidikan Islam mampu mengajarkan dengan secara baik dan bijaksana, semangat yang baik.
2. Pembelajaran Pendidikan Islam
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
Menurut Skinner, dalam bukunya Educational Psichology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif, .
Chaplin (1972), dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan macam rumusan: pertama, bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, bahwa belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Menurut Skinner, dalam bukunya Educational Psichology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif, .
Chaplin (1972), dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan macam rumusan: pertama, bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, bahwa belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Belajar memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara bangsa lainnya yang lebiih dahulu maju karena belajar. Dan akibat persaingan tersebut, tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk membuat oraang lain terpuruk atau bahkan menghancurkan kehidupan orang tersebut. Namun meskipun ada dampak negative dari hasil belajar pada sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memiliki arti penting. Alasannya, karena belajar berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya, dengan ilmu dan teknologi hasil belajar, maka kelompok manusia dapat menggunakannya untuk membangun benteng pertahanan. IPTEK juga dapat dipakai untuk membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang bernafsu serakah atau mengalami gangguan psikologi yang berwatak merusak dan anti sosial.
Sedangkan pembelajaran adalah: upaya untuk membelajarkan peserta didik. sedangkan pembelajaran keagamaan (khususnya pendidikan Islam) diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional dari definisi diatas terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut ada kegiatan memilih, menerpkan dan mengembangkan metode/ strategi yang optimal untuk mencapi hasil pembelajaran yang diinginkan.
Sedangkan strategi pembelajaran adalah sebagai pola umum perbuatan guru sebagai organisasi belajar dengan peserta didiksebagai subyek belajar dalam kegiatan belajar mengajar.
Ada tiga faktor dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (1) kondisi pembelajaran, yang meliputi metode, karakter bidang studi; (2) Strategi pembelajaran: strategi penyampaian pembelajaran, strategi pengelolahan pembelajaran; (3) hasil pembelajaran: efektivitas, efesiensi dan daya tarik pembelajaran.
Dalam pemberdayaan pembelajaran ke-3 tersebut diatas, maka perlu mempertimbangkan: (1) Kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikato rnya; (2) mata pelajaran, rincian materi, karakteristik peserta didik; (3) media pembelajaran; (4) teknik (prosedur pembelajaran) termasuk strategi pembelajaran.

Performa pendidik agama Islam dapat kita pahami, yaitu kinerja para pendidik, pembimbing, penggerak kehidupan agama atau islamisasi di masyarakat, maka ada salah satu kekuata dari dalam (inner force) yang mampu memberikan semangat mereka untuk terus berjuang demi agama islam,sebagaimana yang ditulis dalam bukunya, Prof. H. Muhaimin dalam Tema-tema dakwa Islam, di tengah perubahan sosial, yang mengandung nilai-nilai ajaran Islam dengan niatan ikhlas dalam hidup untuk selalu jihad yang tak kunjung padam. Jihad yang dimaksud dapat dipahami dari Qs: al-Hajj; 78, Qs: al-Maidah; 35 dan 54, Qs: an-Nahl; 10, Qs; al-Imran; 142, qs; al-Baqarah; 218, yang intinya adalah “kesediaan bekerja keras (dengan mencurahkan segala kemampuan baik fisik/materi maupun totalitas dirinya) untuk menuju jalan Allah, yang mempunyai sikap ketelitiaan dan kecermatan serta bersikap terbuka, menerima kritik dari luar dang mempunyai kebanggaan pekerjaan yang bermutu” (Muhaimin. 1999).
Guru agama Islam di madrasah merupakan pewaris para Nabi, penerus tongkat estafet perjuangan Rosul, Nabi.Untuk mengembangkanya dalam konteks pendidikan formaldi madrasah/sekolah. Kajian ini mencoba untuk mencermati:
1. Karakteristik Pendidikan Dasar
Misi Pendidikan dasar (1) Pengembangan potensi peserta didik dalam belajar yang menyangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, trampildan kesadaran dalam praktek kehidupan; (2) kemampuan bernalar, baca tulis, ktrampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (3) sebagai fondasi bagi pendidikan berikutnya20
Pendidikan Dasar jelas berbeda dengan sekolah dasar. Sekolah dasar adalah pendidikan formal jenjang terendah, sedangkan pendidikan dasar adalah pembekalan umum, agama dasar bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam hidup sosial , ekonomi, politik, budaya seni dan hidup keagamaan secara baik, sebagai upaya (1) menumbukan kreatifitas peserta didik; (2) memperkaya khasanah budaya manusia dalam nilai-nilai Insani dan Illahi; dan (3) menyiapkan tenaga kerja yang produktif
2. Memahami Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Guru dapat dikatakan profesionalisme maka ada tuntutan komitmen terhadap tugasnya, dan mempunyai sikap dedikatif yang tinggi; continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki model atau cara kerjanya sesuai tuntutan zaman didalam bidangnya.
Dalam konteks Pembelajaran, guru yang profesional perlu melakukan secara efektif, adapun ciri-ciri guru yang efektif adalah ada 4 besar kelompok21 yang dikemukakan Garry A Davis & Thomas (Suyanto, 2001) yaitu:
Pertama, Pengetahuan dengan iklim belajar di kelas yang meliputi; (1) ketrampilan Interpersonal; (2) hubungan baik dengan peserta didik, (3) mampu menerima, mengakui dengan tulus dengan peserta didik; (4) mempunyai antusias belajar; (5) mampu menghargai peserta didik. Dll.
Kedua, kemampuan strategi belajar yang terdiri atas: (1) memiliki kemampuan mengatur dalam proses belajar mengajar; (2) memiliki kemampuan dalam membuat tugas pada peserta didik dalam berfikir.
Ketiga, kemampuan dalam memberikan umpan balik feed back, pada siswa dan penguatan, reinsforcement yang terdiri atas: (1) umpan balik yang positif; (2) respon yang bersifat membantu; (3) tindak lanjut peserta didik; (4) bantuan profesional pada peserta didik.
keempat, peningkatan diri, yang terdiri atas: (1) menerapkan kurikulum dan metode yang inovatif; (2) memperluas dan menambah metode pembelajaran; (3) perencanaan, menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran yang relevan.
Dengan demikian, pembelajaran pendidikan Islam pada tingkat dasar diusahakan agar dapat membentuk ketrampilan yang inovatif dan komprehensif. Serta mempunyai wawasan yang luas bagi guru pendidikan agama islam dan layak disebut guru professional.

Pengembangan pendidikan Islam disini kita pahami, dalam konteks plurallisme yaitu secara menyeluruh artinya bahwa didalam pendidikan Islam mempuyai suatu keinginanan yang luas seperti pertama (1) Pendidikan Islam tidak hanya merupakan alternatif dalam pendidikan nasional, pendidikan Islam tidak mau ditempatkan dalam kerangka ‘diaklektik’ atau bahkan ‘diametral’ dengan sistem pendidikan yang berlaku, penempatan pendidikan Islam tidak sekedar sebagai pelengkap atau memiliki sepadan dengan pendidikan pada umumnya.
Meskipun pendekatan alternatif bukanlah suatu yang ‘tabu’ dalam memahami sistem pendidikan, ini jika konsisten menempatkan pendidikan sebagai ‘a macroscopic social institution’, Artinya pendidikan ditempatkan dalam sebua pranata sosial dengan skala persoalanya yang luas, yang bertalian dengan pola struktur dan perubahan.
1. Perlunya Kesadaran Pluralisme
Bangsa Indonesia sejak dini sudah mempunyai tekadnya untuk berunity in iversity atau ber-Bhineka Tunggal Ika (tunggal Ika) justru dikembangkan sebaliknya yang bhineka (dyversity) justru di SARA-kan, sehingga tampilannya menjadi monoloyalitas (kesetiaan Tunggal).
Didalam ajaran Islam terdapat suatu pandangan yang Universal, yaitu bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang terbaik dan termulia (Q.s. al-Tin: 5, dan al-Isra’:70) serta di ciptakan dalam keaadaan suci (fitra) atau berpotensi benar. Disisi lain manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang dlaif (Qs. Al-Nisa’: 28), kesimpulannya potensi manusia mempunyai sifat benar dan salah, pandangan seperti ini berimplikasi pada sikap dan prilaku seorang yang agamis, Islam harus menghormati, manghargai pendapat orang lain, atau kelompok lain, dan tidak bersikat kemutlakan (absulutisme), serta tidak menerapakan faham kultus individu.
2. Arah Pengembangan Pendidikan Agama Islam ke-Depan
Uraian diatas menggaris bawahi bahwa arah pendidikan islam mempunyai sikap toleran , untuk mewujudkan integrasi (persatuan dan kesatuan) dalam kehidupan bermasyarakat. Dan fenomena seperti ini banyak ditentukan oleh (1) doktrin agama/ teologi agama; (2) Sikap pemahaman agama oleh pemeluknya; (3) dalam prilaku lingkungan, sosio-kultural; (4) pengaruh pemuka agama.18
Namun demikian bangsa Indonesia yang Bhinika Tunggal Ika, pengembangan pendidikan Islam diharapkan agar tidak (1) menumbukan fanatisme buta; (2) sikap intoleran dikalangan peserta didik dan masyarakat; dan (3) memperlemah kerukunan hidup beragama, berbagsa dan bernegara19. Sebaliknya arah pengembangan pendidikan Islam diharapkan agar mampu menciptakan ukhuwa islamiyah dalam arti luas, yakni persaudaraan yang bersifat Islami (rohmatan lil ‘alamiin).

Dasar adalah suatu landasan untuk melaksanakan setiap usaha dan kegiatan, maka dari itu pendidikan merupakan kegiatan yang esensial dilakukan oleh setiap insan dan juga sebagai alat untuk mendewasakan manusia dengan melalui pemikiran yang jernih. Adapun Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari:
1. Dasar dari segi Yuridis atau hukum
Yaitu; dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dan dapat dijadikan pegangan didalam pendidikan Islam, seperti peraturan UU No 20/II/2003.
2. Dasar Agama
Yang dimaksud adalah dasar-dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Menurut ajaran Islam bahwa melaksanakan pendidikan Agama adalah, merupakam perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepadanya.
Didalam Al-Qur’an landasan pendidikan diambil dari kisah Luqman mengajari anaknya, cerita tersebut mengharuskan perinsip materi, pindidikan yang terdiri dari masalah ahlaq, Ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan harus menggunakan Al-Qur’am sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. Allah berfirman:
اادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجدلهم بالتى هي أحسن ان ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهواعلم بالمهتدين (الايه)
Artinya; ajaklah kepada Agama Tuhanmu denga cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik (QS. An Nahl: 125).
Dan juga dalam hadits:
Artinya: Dari Abu Hurairah ra Rasulullah bersabda Tidakkan seorang anak dilahirkan dalam keadaan putih bersih, maka kedua orangtualah yang menyebabkan anak itu manjadi Yahudi, Nasrani dan Musrik (HR Muslim).16
3. Dasar dari segi sosial psikologi
maksudnya; bahwa manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan pegangan hidup yaitu Agama. Agama mempuyai fungsi dan peranan yang tidak ternilai dalam kehidupan manusia. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau meraka dapat mendekat dan mengapdi kepada Tuhan yang maha Esa. Hal ini sesuai dengan firmannya:
Artinya : ketahuilah hanya dengan iagat kepada Allah, hati akan menjadi tentram 17.
Dari peryataan Firman tersebut diatas diharapkam pendidikan Islam dapat mendidik mayarakat serta mengarahkan anak kejenjang yang Islami dan anak didik juga diharapkan mengamalkan pelajaran yang telah didapat dibangku sekolah.

Sebelum kita mendefinisikan pendidikan Islam terlebih dahulu kita pahami makna, arti pendidikan, begitu pentingnya arti pendidikan dalam kehidupan dan demi kehidupan dan demi kemajuan serta ke-jayaan suatu bangsa, maka sangatlah tepat bila para ahli berlomba untuk merumuskan berbagai permasalahan dalam pendidikan, yang timbul disebabkan hal mendasar yaitu dikotomi pendidikan di negara kita, ataupun karena penafsiran yang berbeda dari para ahli penafsir pendidikan kita.
Menurut A. Marimba. Bahwa pendidikan adalah “pengaruh atau bimbingan seseorang terhadap orang lain yang dilakukan secara sadar”, jadi pengaruh diri sendiri atau lingkungan tidak termasuk kategori pendidikan. Dengan demikian pengaruh dari manusia adalah pendidikan, sedangkan pengaruh dari lain orang tidak disebut pendidikan tetapi hanya sebagai pengaruh saja.
Berangkat dari statmen di atas. Ahmad Tafsir kemudian mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan adalah pengembangan pribadi manusia dalam segala aspeknya, dengan penjelasan diatas pengaruh manusia dan lingkungan adalah termasuk proses pendidikan.
Dari dua pendapat diatas dapat kita pahami dan kita tarik definisi pendidikan secara jelas, intinya adalah pendidikan merupakan suatu upaya, usaha ataupun yang dilakukan untuk adanya suatu perkembangan terhadap diri manusia. Perkembangan dimaksud adalah perkembangan jiwa (afektif), akal (kognitif) dan jasmani/ ketrampilan (psikomotorik). Demikian kesimpulan pengertian pendidikan.
Sedangkan pengertian pendidikan Islam, dapat kita tarik dari pengertian pendidikan di atas, berangkat dari kata-kata Islam, dalam kalimat pendidikan Islam menunjukan corak pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang bercorak Islam, pendidikan yang Islam yaitu pendidikan yang bedasarkan Islami. Setelah kita membahas definisi pendidikan secara umum diatas, mungkin kita sekarang telah mempunyai gambaran apa sebenarnya pendidikan Islam itu. Dalam benak kita mungkin terlintas bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses yang dijalankan sesuai ajaran Islam, namun demikian nampaknya kita masih perlu mengkaji tentang pendidikan Islam dari beberapa definisi tokoh ahli pendidikan Islam.
Ahmad Tafsir, mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang terhadap orang lain agar dia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.10. Bila disingkat, maka pengertian itu akan menjadi suatu bimbingan yang diberikan kepada orang lain agar ia menjadi manusia muslim semaksimal mungkin.
Syahminan Zaini, mencoba untuk mendefinisikan pendidikan Islam dengan mengemukakan pendapatnya, bahwa pendidikan Islam adalah usaha untuk mengembangkan fitra manusia dengan ajaran Islam agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.11 Dari pengetian ini kita dapat menilai bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka pengembangan fitra manusia sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan fitra (aspek/potensi) manusia itu ada tiga, yaitu potensi akal, hati dan jasmani. Mungkin kita bisa menyebutnya dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengertian ini mengandung empat unsur, yaitu ; usaha pengembangan fitra manusia, ajaran islam dan kehidupan makmur dan bahagia.
Abdurr-Rahman Shaleh berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah merupakan pengembangan pikiran, penataan prilaku, pengaturan emosional, baik formil atau materiel hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan meluaskan pengetahuan dan pandangan anak dalam kehidupan.12 Dari pengertian ini kita dapat menarik suatu pengetian bahwa orintasi pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan pikiran, prilaku, emosional dan hubungan peranan manusia dengan dunia. Jadi penekanannya adalah pengembangan pikiran (kecerdasan), prilaku (hati /akhlah), pengaturan tingkat emosional dan hubungan peranan manusia dengan dunia (ketrampilan).
Sedangkan Zakiah Darajat mengemukakan sebuah konsep, bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha pembentukan kepribadian muslim13. Dengan demikian terlihat jelas ada sesuatu yang di harapkan dapat terwujud setelah seseorang mengalami pendidikan Islam secara keseluruan, sesuatu yang diharapkan dapat tewujud itu adalah terbentuknya kepribadian seorang yang bisa membuatnya menjadi insan kamil, dengan pola takwa insan kamil yang berarti manusia seutuhnya. Manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang dan secara wajar serta normal karena takwa kepada Allah SWT.
Setelah memelajari pengetian-pengetian pendidikan tentang Islam diatas, ternyata kita sekarang telah mengerti dan paham apa sebenarnya pendidikan Islam, ternyata pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan pengertian pendidikan pada umumnya. Hanya saja pendidikan Islam lebih spesifik sesuai dengan ajaran Islam dalam mengoprasionalkan pendidikan. Namun demikian, maka (esensi) dari pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam tetap sama. Yaitu suatu proses untuk perkembangan manusia dalam segala aspeknya, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Sampai disini sekarang kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Islam itu adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka untuk mengembangkan potensi manusia dalam segala aspeknya sesuai dengan ajaran agama Islam. Sehinggah dapat terwujud segala potensi mausia dalam segala aspeknya.
Pendidikan Islam adalah merupakan suatu proses yang berkesadaran dan dilaksanakan dengan suatu perencanaan. Dan juga dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam pola dan alat serta tingkatan atu jenjang yang diatur (ditentukan). Sehingga dengan demikian pendidikan Islam sudah barang tentu mempunyai sesuatu yang dinamakan tujuan.
Tujuan pendidikan Islam bukanlah sesuatu yang tetap dan statis, akan tetapi, ia merupakan suatu aspek keseluruan dari kepribadian seseorang. Sehinga diharapkan dapat mengena terhadap keseluruan aspek kehidupan manusia, baik aspek akal, hati dan jasmani (ketrampilan).
Kalau kita melihat definisi pendididkan Islam diatas, adalah banyak kandungan suatu harapan terbentuknya (terwujudnya) manusia yang disebut dengan insan kamil, insan kamil yang dimaksud adalah manusia yang utuh jasmani dan rohani, dapat berkembang secara wajar sehingga terwujud kecerdasan otak, keseluruan budi dan ketrampilan serta ber-iman kepada Allah SWT.
H. M. Arifin, Mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama Islam dan sekaligus mengajarkan ajaran Islam serta mengamalkannya secara benar sesuai dengan pengetahuan agama.
Dari pendapat H.M. Arifin diatas, mungkin kita dapat memahami tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya syariat agama Islam dengan benar yang dilandasi oleh iman dan takwa kepada Allah SWT. Melihat beberapa pendapat tokoh-tokoh pendidikan Islam diatas, nampaknya tidak terlalu berlebian apabila Abdul fatah Jalal, mengatakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.14
Agama Islam menghendaki agar manusia dididik mampu merelisasikan tujuan hidupnya, tujuan hidup manusia adalah sudah digariskan oleh Allah SWT. Sejak manusia diciptakan-Nya, dimuka bumi. Yang dijelaskan dalam firman-Nya, dalam Qs. Al-Dzariat, ayat 56:
وماخلقت الجن والانس الا ليعبدون
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar supaya mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku (Allah)”15.
Namun demikian, tentu tujuan pendidikan Islam yang menyatakan terbentuknya menusia sebagai hamba Allah SWT. Diatas, janganlah diartikan secara sempit, maksud dari hambah Allah SWT. adalah orang yang beribadah, dengan arti luas yaitu hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Allah SWT. Dan diridloi-Nya.
Sehingga dengan demikian kesimpulanya adalah bahwa tujuan Pendidikan Islam akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan yaitu kepribadian seseorang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola Taqwa, (membangun manusia seutuhnya).
Agar menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan beraklaq mulya serta berguna bagi manusia, Agama dan Negara. Maka tujuan pendidikan yang terakhir sebagaimana Firman-Nya.

Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam, antara lain:
a. Kondisi pembelajaran PAI.
Kondisi pembelajaran PAI adalah semua faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI. Karena itu berusaha mengidentifikasikan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran, yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi PAI, kendala dan karakteristik bidang studi PAI serta karakteristik peserta didik.
b. Metode Pembelajaran PAI.
Metode pembelajaran PAI dapat diklasifikasikan menjadi strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan pembelajaran.

c. Hasil Pembelajaran PAI.
Hasil pembelajaran PAI diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan criteria: (1) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari, (2) Kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar, (3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh, (4) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar, (5) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai, (6) Tingkat alih belajar, dan (7) Tingkat retensi belajar. Sedangkan efisiensi pembelajaran dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dan daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk berkeinginan terus belajar.

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dengan disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa (Kurikuluim PAI, 3: 2002)
Zakiyah Darajat (1987: 87) mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu untuk hidup. Oleh karena itu ketika kita menyebut adanya pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu:
1. Mendidik siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam
2. Mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam, berupa pengetahuan tentang Islam.
Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama seperti; Islam diajarkan lebih pada hafalan, padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus diperaktekkan. Pendidikan Islam lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara agama dengan Tuhan-Nya; penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan. Hal ini diukur dari penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian tertulis di kelas yang dapat di demonstrasikan oleh siswa.
Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atas pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengmalan terhadap ajaran agama Islam.
3. Pendidik pendidikan agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
4. Pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancarkan ke luar dalam hubungan keseharian dengan manusia lain baik seagama ataupun yang tidak seagama, serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional dan bahkan ukhuwah Islamiah.

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (GBPP PAI, 1999).

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh pembelajaran agama Islam, yaitu: dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam, dimensi pemahaman atau penalaran serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; dimensi penghayatan dan pengamalan batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam, dimensi pengalaman, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah di Imani, dipahami, dan dihayati oleh peserta didik itu mampu diamalkan dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. dan berakhlak mulia, serta diaktualisasikan dalam kehidipan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Agama Islam dijenjang pendidikan dasar bertujuan memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik tentang agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia. Sedangkan Pendidika Agama Islam pada jenjang menengah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dengan Allah,
2. Hubungan manusia dengan sesama makhluk,
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
4. Dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.

Dari ruang lingkup tersebut, kemudian dijabarkan dalam kurikulum PAI 1994, yang pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok yaitu: Al-Qur’an, hadits, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh yang menekankan pada perkembangan poltik. Pada kurikulum 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok yaitu: Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah, serta tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembengan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.