Hambatan-hambatan Manajemen Kelas
Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas. Dan dari uraian diatas tampaklah bahwa kewenangan penanganan masalah pengelolaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Masalah yang ada dalam wewenang guru.
Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup wewenang seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang guru bidang studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang menguntungkan kalau ada gangguan sehingga peserta didik berkesempatan untuk mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
b. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang lingkup wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru bidang studi. Masalah ini harus diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan. Bahkan mungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak bisa hanya diatasi oleh satu lembaga pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama antarasekolah.
Masalah-masalah yang ada dibawah wewenang sekolah antara lain pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan, pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin dan bila pada hari itu turun hujan lebat, menegur peserta didik yang selalu terlambat pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang tidak mau memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong, memberi peringatan keras kepada peserta didik yang merokok di kelas atau sekolah dan suka minum-minuman keras, sampai kepada mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antarsekolah.
c. Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.
Dalam mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruna, bahkan para pengusaha dan lembaga pemerintahan setempat.
Selain masalah diatas ada juga beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam manajemen kelas adalah:
1) Faktor guru, faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal, seperti: tipe kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar yang tidak bervariasi (monoton), kepribadian guru yang tidak baik, pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserta didik yang kurang.
2) Faktor peserta didik. Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas atau suatu sekolah akan menjadi masalah dalam pengelolaan kelas.
3) Faktor keluarga. Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penganggu dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.
Faktor fasilitas. Faktor ini meliputi: jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas, besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta didiknya, ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya.
Pengelolaan Kelas
Contoh Makalah: Pendekatan Manajemen Kelas
Ada beberapa pendekatan yang dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam usaha menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain:
a. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandangan manajemen yang berintikan konsepsi-konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini dapat dibedakan:
1) Kontrol otoriter, dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, kalu perlu dengan hukuman-hukuman yang berat.
2) Kebebasan liberal, menurut konsep ini siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3) Kebebasan terbimbing, konsep ini merupakan perpaduan diantara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Dari sini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri sendiri.
b. Pendekatan psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologi yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas kepada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain:
1) Pendekatan Modifikasi Tingkah laku (Behavior-Modification Approach).
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa:
a) Semua tingkah laku yang baik dan kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b) Ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu di antaranya penguatan positif (positif reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negatif reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak dan ancaman.
Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus memberikan penguatan positif (pemberian ganjaran atau penghapusan hukuman). Sedangkan untuk mengurangi atau menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru harus menggunakan penguatan negatif (pemberian hukuman atau penghapusan hak).
Penguatan ini sendiri ada dua macam, yaitu penguatan primer (penguatan yang tanpa dipelajari) misalnya makanan, air, kehangatan badaniah dan penguatan sekunder (penguatan sebagai hasil proses belajar, misalnya perhatian, pujian, sanjungan serta kegiatan lain yang disenangi oleh peserta didik.
2) Pendekatan iklim sosio-emosional (Sosio-Emotional-Climate Approach).
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradukan: pertama, proses belajar-mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Kedua, guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus di hadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandangan siswa sendiri.
Selanjutnya Carl A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap tulus di hadapan peserta didik (roalness, genueness, and congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (Acceptance, prizing, caring dan trust); dan mengerti peserta didik dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatio understanding) .
3) Pendekatan proses kelompok (Group-Processess Approach).
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial dan tugas pokok guru yang terutama dalam pengelolaan kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
Adapun unsur-unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan proses kelompok yang dapat diwujudkan kelompok produktif dan efisien, antara lain:
a) Harapan timbal-balik tingkah laku antara guru dengan siswa dan siswa dengan Siswa.
b) Sifat kepemimpinan, baik dari pihak guru maupun pihak siswa, yang mengarahkan kegiatan kelompok ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
c) Pola persahabatan antar kelas, semakin baik ikatan persahabatan antar siswa maka semakin besar peluang kelompok menjadi produktif.
d) Norma-norma kelompok yang produktif dimiliki dan dipertahankan, sedangkan yang kurang baik dihilangkan.
e) Terjadinya komunikasi yang efektif.
f) Kekohesifan (keakraban)), yaitu perasaan keterikatan masing-masing anggota terhadap kelompok seraca keseluruhan.
4) Pendekatan eklektik (Eclectic Approach)
Dalam pendekatan ini seorang guru hendaknya:
a) Menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku.
Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.
Makalah Pendidikan: Kunci Keberhasilan Manajemen Kelas
Mengenai kunci keberhasilan manajemen kelas, guru dan wali kelas yang merupakan pengemban amanat kepala sekolah perlu memperhatikan kunci keberhasilan supaya dapat mengatasi dan menghadapi ancaman, gangguan serta hambatan dan tantangan ketika merealisasikan tugas-tugas yang relevan dengan maksud perealisasian amanat.
A. Prosedur Preventif
Prosedur usaha preventif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk menciptakan kondisi yang baru dari interaksi biasa menjadi interaksi edukatif, dengan senantiasa membangkitkan motivasi belajar siswa. Yang dilakukan dalam prosedur ini menurut Maslahah dalam bukunya Mujamil Qomar adalah:
1. Peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, bahwa apapun corak proses pendidikan yang terjadi pada diri peserta didik adalah tanggung jawab guru sepenuhnya.
2. Peningkatan kesadaran siswa, dalam hal ini siswa harus menyadari hak dan kewajibannya sebagai siswa.
3. Penampilan sikap guru. Sikap guru terhadap siswa harus dilandasi sikap tulus dan hangat secara wajar dalam mendukung kegiatan pendidikan.
4. Pengenalan terhadap tingkah laku siswa.
5. Penemuan alternatif pengelolaan kelas. Dengan mengetahui tingkah laku siswa baik yang mendukung maupun menolak dengan menetapkan alternatif pemecahannya.
6. Pembuatan kontrak sosial. Kontrak sosial pada hakekatnya merupakan norma/ peraturan dan tata tertib kelas yang sudah disepakati sebagai standar tingkah laku siswa sebagai individu maupun kelompok.
B. Prosedur Kuratif
Prosedur kuratif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk mengatasi bentuk perbuatan siswa yang dipandang bisa berpengaruh negatif terhadap proses belajar mengajar dengan jalan memberhentikan perbuatannya itu sekaligus membimbingnya agar memiliki perbuatan pendukung proses belajar mengajar. Adapun yang bisa dilakukan dalam pandangan Maslahah juga adalah:
1. Langkah identifikasi kasus: memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang mengganggu proses pendidikan di kelas.
2. Langkah analisis masalah: mengetahui latar belakang serta sebab-sebabnya timbul tingkah laku yang menyimpang guna mencari sumbernya.
3. Penetapan alternatif pemecahannya: guru berusaha mengatasi masalah sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan menggunakan pendekatan yang tepat.
4. Langkah monitoring: mengadakan pemantauan terhadap upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan.
5. Memanfaatkan umpan balik.
Kedua kunci keberhasilan manajemen kelas itu memperhatikan bahwa kompetensi guru dan wali kelas selaku pemegang kunci adalah menjadi penentu utama keberhasilan inovasi manajemen kelas sebagai pemacu kedinamisan pembelajaran.
Makalah Pendidikan: Masalah Manajemen Kelas
Masalah Manajemen Kelas
Tingkah laku anak didik bervariasi. Dan variasi perilaku anak merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya manajemen kelas. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah manajemen kelas berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
1. Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap dan sebagainya.
3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
4. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
5. Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/ terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah.
6. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang.
7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.
Mengenai masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan manajemen kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangannya yang tepat pula.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkatan sosio-ekonomi.
2. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya. Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sambung.
3. ”Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan.
5. Semangat kerja rendah. Misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal antar guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Makalah Pendidikan: Ruang Lingkup Manajemen Kelas
Ruang Lingkup dan Aspek-aspek Manajemen Kelas
- Perencanaan.
- Pengorganisasian.
- Pengarahan.
- Pengkoordinasian.
- Pengkomunikasian.
- Pengontrolan.
Makalah Pendidikan: Konsep dan Pengertian Manajemen Kelas
Dengan adanya otonomi daerah sekarang ini muncul sebuah keputusan baru sektor pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah yaitu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dari sini setiap kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Disamping itu juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, serta studi banding antar sekolah untuk menyerap dan menfilter kiat-kiat kepemimpinan kepala sekolah yang lain.
Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Belajar Siswa
a. Menciptakan suasana atau kondisi kelas yang optimal
Seseorang guru harus bisa menciptakan suasana atau kondisi dari kondisi interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan proses belajar mengajar sehingga siswa bersemangat dalam belajarnya. Keterampilan yang harus dimiliki guru yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar adalah sikap tanggap, membagi perhatian, dan pemusatan perhatian kelompok.
b. Berusaha menghentikan tingkah laku siswa yang menyimpang
Seorang guru melakukan identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Setelah itu guru memberikan teguran dan bimbingan serta pengarahan-pengarahan agar tercipta tingkah laku siswa yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
c. Menciptakan disiplin kelas
Pembinaan disiplin kelas atau pencegahan terjadinya pelanggaran disiplin bisa dilakukan dengan cara membuat tata tertib kelas (Djamarah, 1996: 212).
d. Menciptakan keharmonisan antara guru dengan siswa
Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas terutama dalam meningkatkan efektifitas belajar mengajar. Hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Keterbukaan, guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri antar satu dengan yang lain.
2. Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa tindakannya dinilai orang lain.
3. Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain
4. Kebebasan yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya, dan kepribadiannya.
5. Saling memenuhi kebutuhan sehingga tidak ada kebutuhan satu orangpun yang tidak terpenuhi (Gordon, 1990: 28).
Demikianlah konsepsi dasar tentang pengelolaan kelas yang menjadi tugas guru selaku learning manajer. Guru harus mengetahui bahwa tingkah laku dan perbuatan anak didik dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Oleh karena itu, tugas guru selaku pengelola kelas untuk selalu berusaha mengkondisikan kelas agar dinamis yang mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com http://grosirlaptop.blogspot.com
Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa
Berdasarkan pengelolaan kelas yang disampaikan oleh beberapa pakar pendidikan, maka sasaran pengelolaan kelas itu bisa dibedakan menjadi dua macam yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa.
a. Pengelolaan fisik
Pengelolaan kelas fisik ini berkaitan dengan ketatalaksanaan atau pengaturan kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding. Siswa berkumpul mempelajari segala yang diberikan pengajar dengan harapan proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini meliputi pengadaan pengaturan ventilasi dan tata cahaya, tempat duduk siswa, alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan lain-lain sebagai inventaris kelas (Djamarah, 1996: 228).
b. Pengelolaan siswa
Pengelolaan siswa ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam rangka membangkitan dan mempertahankan kondisi motivasi siswa untuk sadar dan berperan aktif dan terlibat proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Manifestasinya dapat berbentuk kegiatan tingkah laku, suasana yang diatur atau diciptakan guru dengan menstimulus siswa agar berperan serta aktif dengan proses pendidikan dan pembelajaran secara penuh (Djamarah, 1996: 237).
Bila kelas diberi batasan sebagai kelompok orang yang belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru, maka didalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik mereka, masing-masing berbeda yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah melakukan pengelolaan dalam mengefektifkan belajar mengajar. Menurut Louis V Johnson dalam Djamarah (1996: 241), untuk mengelola kelas secara efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
2. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tapi bagi semua anak atau kelompok.
3. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku individu. Kelompok itu mempengaruhi individu-individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar.
4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya pada anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas di kala belajar.
5. Praktik guru di kala belajar cenderung berpusat pada hubungan guru dan murid. Makin meningkat keterampilan guru mengelola kelas secara kelompok, makin puas anggota-anggota di dalam kelas.
6. Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan olah guru dalam mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun pada mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
7. Ditambahkannya lagi, bahwa organisasi kelas tidak berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru dan siswa, tetapi menambah terciptanya efektifitas, yaitu interaksi yang bersifat kelompok.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan, bahwa masalah yang perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif yang dapat meningkatkan kemampuan siswa adalah sebagai berikut:
a. Manajemen kelas, harus ada fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan bekerja sama.
b. Anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar.
c. Anggota-angota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan, ketegangan dan perasaan tertekan.
d. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat diantara siswa.
Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru. Rasa dengki yang tertanam dalam diri siswa yang menyebabkan bahan pelajaran sukar diterima oleh siswa dengan baik. Kecenderungan sikap siswa yang negatif lebih dominan. Sikap kemunafikan ini menciptakan jurang pemisah antara guru dan siswa.
Lain halnya dengan guru yang selalu memperhatikan siswa selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mendengarkan kesulitan belajar siswa, selalu bersedia mendengarkan saran dan kritikan dari siswa, dan sebagainya adalah guru yang disenangi siswa. Siswa rindu akan kehadirannya serta nasehat-nasehat yang diberikannya.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com http://grosirlaptop.blogspot.com
Nilai-nilai karakter dalam Silabus Berkarakter
Nilai-nilai Karakter untuk penyusunan SILABUS BERKARAKTER
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, Berikut adalah daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
a. Religius
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain
b. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
j. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
a. Peduli sosial dan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
b. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Kedudukan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu deengan cara lebih efektif dan efisien. Banyak usaha telah dilakukan oleh para ilmuwan pembelajaran dalam mengklasifikasikan variabel-variabel pembelajaran yang menjadi perhatiannya terutama bila dikaitkan dengan teori-teori pembelajaran.
Muhaimin dkk (1996: 99) mengemukakan bahwa klasifikasi yang lebih terinci dan memadai sebagai landasan pengembangan suatu teori pembelajaran adalah oleh Reigeluth dkk (tth: 1977) yang mengklasifikasikan variabel-variabel pembelajaran menjadi 4, yaitu:
a. kondisi pembelajaran
b. bidang studi
c. strategi pembelajaran
d. hasil pembelajaran
Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran dari Reigeluth telah banyak diujicobakan serta diwarnai oleh pemikiran-pemikiran teknologi pembelajaran. Oleh karena itu, pada tahun berikutnya klasifikasi variabel-variabel pembelajaran itu dimodifikasi menjadi 3 meliputi:
a. kondisi pembelajaran
b. metode pembelajaran, dan
c. hasil pembelajaran
Variabel-variabel yang dikelompokkan ke dalam kondisi pembelajaran adalah karakteristik si belajar, karakteristik lingkungan pembelajaran dan tujuan institusional. Variabel metode pembelajaran mencakup strategi pengorganisasian pembelajaran baik mikro maupun makro, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Adapun variabel hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dihasilkan dari pembelajaran, apakah itu pada diri siswa, lembaga pendidikan, termasuk juga lingkungan masyarakat (Muhaimin dkk, 1996: 100).
Berdasarkan pada taksonomi variabel pembelajaran di atas, maka kedudukan pengelolaan kelas terletak pada kondisi pembelajaran. Dengan demikian, dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa maka pengelolaan kelas dapat dimanipulasi oleh pengajar karena pengelolaan kelas merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil pembelajaran berupa keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran yang semua itu dapat menjadikan siswa meningkatkan kemampuannya dalam hal belajarnya.
Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang
Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com http://grosirlaptop.blogspot.com